Seberapapun bagus dan canggihnya sebuah produk, bisa saja produk tersebut tidak akan laku dijual.
Mengapa?
Karena pada dasarnya pembeli tidak butuh "produk". Mereka butuh "kenyamanan".
Salah satu contohnya adalah sekotak tissue.
Di tas ,di mobil, di rumah bahkan hingga ke kamar mandi kita selalu menyediakan tissue. Padahal dulu kita ngga merasa butuh,tuh.
Saat
kita merasa perlu melap atau menghapus sesuatu. Ingus, keringat,
tetesan air di meja kita biasanya melap dengan kain. (ingat, saat kecil
kita melap ingus dengan lengan baju? hiiii)
Lalu kapan mulai merasa butuh tissue?
Kita
mulai merasa butuh tissue ketika para Pembuat Strategi Marketing pabrik
tissue berhasil meyakinkan dan merasuk ke pikiran kita bahwa melap
dengan kertas tissue itu lebih bersih dan lebih higienis.
Ok. Kita melap segala kotoran dengan kertas tissue.
Namun,
ternyata pabrik kertas tissue menerima berbagai macam pulp (bubur
kertas) dengan berbagai macam 'grade' sesuai jenis kayu yang tersedia
pada musim tersebut. Sehingga kertas tissue yang dihasilkan berbeda
'grade'nya. Maka para Ahli Marketing mereka berpikir keras lagi untuk
menjual produk tersebut.
Akhirnya, sekarang kita dengan
suka rela menerima kenyataan bahwa kertas tissue untuk wajah berbeda
dengan tissue untuk toilet, berbeda juga untuk tissue dapur, dan berbeda
dengan tissue untuk melap piring . Dan seterusnya.
Kembali
lagi, jika sejak awal para Tenaga Penjual hanya menawarkan kertas
tissue, tanpa upaya menanamkan bahwa "kita butuh tissue agar bersih
(berarti merasa nyaman) apakah kita bersedia mengeluarkan uang hanya
untuk membeli lembaran kertas tipis tersebut?
Jadi, apakah konsumen anda merasa nyaman menggunakan produk anda, sehingga mereka butuh untuk membeli lagi dan lagi?
Kreatifitas
disebut-sebut sebagai salah satu modal utama dalam berbisnis. Mengapa?
Pengalaman pengusaha sukses sudah membuktikan bahwa yang penting dalam bisnis bukanlah
uang, melainkan kreatifitas. Idealnya, kreativitas itu menjadi budaya di semua
bidang usaha, apa pun jenisnya. Dengan berpikir kreatif, hasilnya akan lebih
baik. Tapi, jangan hanya menjadi berbeda. Berbeda itu harus ada alasannya,
harus bisa dijelaskan. Tidak boleh bilang, “Ya, supaya beda aja.”
Misalnya, kenapa ada pengusaha yang
berani menjual wagyu steak dengan konsep warung? Padahal, secara teori, wagyu
yang tergolong produk mahal harusnya hanya bisa ditemukan di tempat mahal pula.
Alasannya, yang dijual kan
kenikmatan menyantap daging wagyu yang empuk. Selain itu, agar bisa menjangkau
lebih banyak konsumen.
Kreatifitas dalam bisnis perlu diterapkan
dalam berbagai aspek. Tak hanya dari segi produk. Mulai dari lokasi, promosi, CSR, hingga SDM perlu dipikirkan secara
kreatif. Membuka tempat makan, misalnya, tak harus menempati food court sebuah mal ternama. Di
bengkel cuci mobil (saat malam hari tentunya dia tutup), juga bisa. Soal
promosi, dulu Martha Tilaar tak langsung bisa pasang satu halaman iklan di
harian ternama. Awalnya, dia mendekati agen koran dekat lokasi salonnya, lalu
menitipkan flyer untuk diselipkan di
dalam koran.
Dalam hal servis? Bisa juga. Ada
sebuah toko sepatu online yang konsepnya mirip Amazon.com. Bedanya, ketika
konsumen merasa tidak puas saat menerima sepatu pesanannya, ongkos kirim
ditanggung oleh toko. Pengusaha sepatu itu memahami bahwa konsumen punya rasa
khawatir, bagaimana jika sepatunya tidak cocok. Sebab, biasanya membeli sepatu kan harus dicoba
terlebih dulu. Lalu, ongkos kirim diambil dari mana? Dipotong dari biaya
marketing.
Soal jam buka saja, Anda bisa kreatif. Di Yogyakarta, siapa, sih, yang tak mengenal gudeg. Saat malam tiba, di sepanjang Jalan Malioboro, banyak sekali penjaja kaki lima yang menjual gudeg. Tapi, ada satu kedai gudeg di sebuah gang sempit. Dalam waktu kurang dari dua jam, gudeg sudah ludes. Padahal, tempat makannya biasa banget. Namun, dia berbeda, karena hanya buka menjelang tengah malam. Ditambah lagi, pengunjung boleh masuk dan mengantre langsung di dapur. Hasilnya, yang parkir di jalan dekat gang pun mobil-mobil mewah.
Dan… kreativitas ini tak hanya untuk segelintir usaha saja. Pada dasarnya, setiap bisnis adalah bisnis kreatif. Bukan hanya industri kreatif saja yang harus kreatif. Bahkan, bank yang punya banyak regulasi ketat, bisa, kok, menjadi kreatif. Misalnya, di bidang CSR (Corporate Social Responsibility).
*Saya posting juga di Rinny's Diary*
Sunday, March 2, 2014
Entrepreneurship,
Sales and Marketing Strategy,
Strategi Marketing
0
comments
Tiga Prinsip Menguasai "Mobile Marketing" di 2014
Pada November 2012, Mark
Plus Insight dalam “Netizen Survey 2012 “melaporkan
bahwa 61.1 juta masyarakat
Indonesia
menggunakan internet melalui ponsel cerdas. Begitupun menurut eMarketer.com,
pada tahun 2013 , 24% masyarakat Indonesia mengakses internet melalui ponsel,
dan 42,6% diantaranya yang menggunakannya untuk berbelanja online. Pada survey tersebut juga diketahui bahwa 25,8%
dari seluruh penjualan online selama
akhir pekan dilakukan dengan bantuan ponsel
Untuk berhasil
dalam ‘mobile marketing’ di tahun 2014 ini, Anda harus menguasai tiga prinsip berikut : SEGERA, SEDERHANA,
dan KONTEKS IKLAN.
1. SEGERA
Kita telah menjadi masyarakat ‘on-demand’. Ponsel adalah media ‘on-demand’. Pengguna internet menginginkan informasi yang mudah diakses. Semua ‘orang marketing’ paham bahwa keputusan membeli diambil dalam hitungan menit begitu calon pelanggan menemukan kecocokan dengan produk yang ditawarkan. Bahkan, menurut Google, 63% transakti terjadi dalam waktu satu jam sejak dari pencarian awal.
Metode
‘mobile marketing’ mempercepat
konsumen pengambilan keputusan sekaligus memungkinkan pemasar untuk
mempengaruhi keputusan-keputusan lebih cepat dari sebelumnya .
Maka.
cocokkan kampanye iklan anda dengan perilaku konsumen. Begitupun, sesuaikan platform tempat anda
beriklan (facebook, twitter,dan sebagainya)
dengan data profil pelanggan anda. Jika Pelanggan anda suka dengan
gambar-gambar detail produk , maka pilihlah Facebook atau Instagram sebagai
tempat anda beriklan. Sedangkan Twitter adalah media yang cocok jika anda ingin
menyampaikan flash-news produk anda.
2.
SEDERHANA
Pastikan
website anda sudah mobile-optimized. Menurut penelitian, 40 %
pengakses internet akan meninggalkan sebuah website jika membutuhkan lebih dari
tiga detik untuk tampil di layar ponsel. Jadi , Anda harus menyajikan informasi
dengan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna dengan beban data yang ringan.
Website sebaiknya hanya menampilkan hal-hal yang menyangkut informasi produk,
lokasi toko, FAQ, konten bermanfaat atau bentuk layanan pelanggan. Beban data yang terlalu berat akan membuat website anda lambat terakses.
3.
KONTEKS IKLAN YANG TEPAT
Pastikan poin-poin yang anda sampaikan dalam website
atau iklan harus relevan dengan harapan konsumen terhadap produk anda. Misalnya
seseorang yang membeli sebuah mobil tentu mengharapkan adanya layanan purna
jual . Maka produsen mobil bisa mengiklankan tentang jaminan perawatan berkala,
diskon cuci mobil, atau ketersediaan suku cadang.
Untuk mengetahui kebutuhan pelanggan terhadap
konten mobile marketing anda, maka dibutuhkan
data dan riset tingkah laku konsumen
sehingga anda bisa menonjolkan konten penawaran yang menarik.
Pesan
iklan yang tepat waktu , disajikan dengan jelas , dan dalam konteks yang benar
- akan membantu keberhasilan usaha anda dalam era mobile
marketing ini
...Bersambung
Subscribe to:
Posts (Atom)