Showing posts with label Entrepreneurship. Show all posts
Showing posts with label Entrepreneurship. Show all posts
Tuesday, April 23, 2013 0 comments

Bagaimana Mengubah Pengunjung Menjadi Pembeli?


Order Pasta online with Foodpanda ID

Sebagai pemilik toko, anda tentu berharap setiap  pengunjung yang datang saat keluar tidak dengan tangan hampa alias tidak ada yang dibeli. Anda sudah pasti ingin setiap pengunjung berubah menjadi pelanggan. Dengan pembelian yang mereka lakukan maka barang stok toko berubah menjadi omset atau penghasilan bagi usaha anda.
Jika bisnis anda baru berjalan, anda tentu belum memiliki pelanggan fanatik yang bersedia menelpon untuk meng-up-date  atau mengantri untuk mendapatkan koleksi terbaru di toko anda. Anda perlu mendapatkan pelanggan dari pengunjung yang bersedia masuk ke toko anda. Maka anda pantas bersedih jika dari 100 pelanggan yang masuk ke toko hanya 10 orang atau kurang yang akhirnya membeli.  Sebab ini tak cuma menyangkut kehilangan penjualan dan pelanggan potensial saja. Anda tentu telah menginvestasikan banyak waktu, uang, dan tenaga untuk mempromosikan bisnis Anda. Mungkin juga telah beriklan, membuat leaflet, standing banner, mengirim ratusan sms, e-mail, mencetak kupon diskon, dan lain sebagainya. Kalau dengan cara ini ternyata hanya sedikit pengunjung yang akhirnya bisa dirubah menjadi pembeli, berarti Anda perlu mengalokasikan upaya lebih besar lagi untuk menarik mereka.

Beberapa kiat yang bisa anda coba untuk meningkatkan rasio pengunjung  menjadi pembeli,  diantara sebagai berikut:


1. Tekankan nilai plus produk Anda
Anda harus sangat paham apa yang membuat produk Anda berbeda dari kompetitor dan sampaikan pesan itu secara jelas kepada calon pembeli.  

2. Identifikasi hambatan dalam proses penjualan
Anda harus mengetahui titik lemah bisnis Anda dan teliti lagi langkah-langkah apa yang bisa menghambat orang untuk membeli. Misalnya, apakah staf Anda kurang ramah dan cekatan,  atau selalu lupa menindaklanjuti telepon yang meminta katalog produk?

3. Gunakan pertanyaan ‘ajaib’ saat menjawab pertanyaan.
Jangan biarkan calon pembeli langsung pergi ketika ia merasa harga sepatu yang anda tawarkan tidak cukup bagi budget mereka . Setelah staf Anda menyebutkan harga produk yang ia tanyakan, lalu melihat sinyal bahwa harga tersebut menjadi kendala bagi penanya,  ajari staf untuk menawarkan produk lain ,”Kalau model sepatu yang ini apakah cocok dengan selera Ibu?”.  Jangan menyebut harga, karena bisa menyinggung perasaan calon pembeli. Biar ia melihat sendiri harga yang anda banderol. Lalu tawarkan model sepatu lain yang yang sesuai seleraranya. “ Untuk memudahkan kami membantu Ibu mencari sepatu yang tepat, kira-kira model seperti apa yang Ibu kehendaki?” Pertanyaan yang menjadikan pelanggan sebagai fokus kepentingan akan membuka pintu agar Anda bisa lebih akrab dengan konsumen.

4. Ganti pertanyaan “Ada yang bisa kami bantu?”
Biasanya, konsumen akan menjawab, “Oh, nggak. Terima kasih. Saya mau lihat-lihat dulu.” Dan percakapan pun berakhir. Lebih baik, instruksikan kepada staf untuk bertanya, “Selamat Siang, apakah Ibu sudah pernah ke sini sebelumnya?” Jika mereka bilang ‘belum’, maka staf Anda bisa bilang, “Mari saya tunjukkan koleksi-koleksi kami.”

Kalau jawaban mereka ‘ya’, maka respons staf Anda sebaiknya, “Terima kasih. Selamat datang kembali. Kami punya koleksi terbaru, pasti Anda suka.” Dengan cara ini, Anda tidak memberi kesempatan kepada mereka untuk minta ditinggalkan sendiri.

 5. Tulis ulang ‘panduan’ menjual
Banyak kegagalan penjualan terjadi akibat salah mengirimkan pesan kepada calon pembeli. Cek kembali cara staf Anda menyapa, latih mereka mengucapkan sapaan dengan santun dan halus, tingkat penjualan pun niscaya bisa meningkat.

6. Tanyakan apa yang konsumen butuhkan
Kedengarannya sangat basic, tapi banyak tenaga penjual yang tidak melakukannya. Latih staf Anda untuk menanyakan hal-hal yang bisa mengeksplorasi kebutuhan konsumen, serta pola pembelian mereka. Aplikasikan ini kepada tim telemarketing maupun tim penjualan langsung.

Yang penting untuk diingat, tim marketing bisa melakukan panggilan telepon yang persuasif ataupun membuat konsumen tertarik masuk ke toko. Namun Anda dianggap belum menang ‘perang’ kecuali jika sebagian besar orang yang berkunjung itu berubah menjadi pembeli. Berikan staf penjualan metode dan alat yang tepat agar lebih sedikit pengunjung yang keluar dari toko dengan tangan hampa.

Monday, April 22, 2013 0 comments

Servis, Jadikan Pembeda Bagi Usaha Anda


Order Burger online with Foodpanda ID


Jika anda memiliki restoran dan anda bermaksud menghidangkan menu roti bakar, kopi panas dan wedang jahe, padahal di seberang restoran anda terdapat warung kaki lima yang memiliki menu yang sama, haruskah anda menentukan harga jual menu tersebut sama dengan harga yang ditetapkan kompetitor anda agar anda bisa bersaing?
Tentu akan sulit menutup biaya produksi dan overhead jika anda menjual dengan harga yang tersebut. Sekalipun roti bakar yang dijual di restoran anda maupun warung kaki lima sama-sama terdiri dari roti dan isiannya, bisa selai coklat, selai stroberi ataupun selain kacang dengan taburan parutan keju dan butiran coklat, namun ada biaya atas faktor pembeda yang harus dibayar oleh pelanggan.  
Faktor pembeda pertama adalah tempat . Sekalipun restoran dan warung berada pada posisi saling berhadapan,   duduk menikmati hidangan dalam ruangan sejuk berpendingin udara dengan interior yang nyaman tentu berbeda dibanding duduk dibawah tenda terpal yang bisa jadi terkena terpaan debu setiap saat.
Faktor pembeda kedua adalah servis : roti bakar yang di sajikan di restoran terlihat lebih cantik dengan hiasan garnish dibanding tampilan roti bakar warung yang ala kadarnya. Selain itu keramahan pelayan restoran yang terlatih, ramah, santun dan rapih tentu berbeda dengan penampilan pelayan warung yang seadanya.
Sebagai pemilik restoran anda harus tetap percaya diri menjual roti bakar dengan harga yang jauh diatas menu yang sama yang dijual kompetitor warungan karena anda  memiliki dua faktor diatas. Namun, lokasi usaha dan servis yang bagus tidak cukup untuk membuat roda bisnis terus berputar. Lalu, servis seperti apa yang bikin pelanggan terus datang lagi, sehingga laba perusahaan bisa terus meningkat?


Order Pasta online with Foodpanda ID


8 Ujung Tombak
Servis adalah justifikasi kita pada harga yang ditawarkan sebuah usaha. Produk boleh sama, tetapi faktor-faktor tertentu bisa menjadi pembeda. Jika frontliner (pelayan atau customer service) sudah melemparkan senyum dan sapa, bukan berarti pelayanan di perusahaan tersebut sudah bisa dikatakan baik. Berikut ini unsur-unsur servis, yang disebutnya 8 Bites of Service, yang harus diperhatikan oleh pemilik usaha:

1. Access
Selama restoran anda memakai tenaga manusia, pasti tetap akan terjadi beberapa kesalahan. Kesalahan tersebut bisa fatal apabila menyangkut pelayanan terhadap pelanggan. Agar anda dapat segera memperbaiki kesalahan yang terjadi berilah fasilitas bagi pelanggan untuk mengajukan komplain. Bisa dalam bentuk Nomor  telepon khusus pengaduan, SMS, email atau kotak pengaduan. Dan pastikan sarana tersebut terkontrol dengan baik.

2. Responsiveness
Wadah untuk mengajukan keluhan sudah tersedia, tetapi keluhan pelanggan tak pernah ditanggapi. Padahal, janjinya akan di-follow-up. Kotak saran jangan dibiarkan berdebu, lama tak dibuka. Atau, mentang-mentang tak berhadapan langsung dengan pelanggan yang ngomel-ngomel, jangan sepelekan e-mail atau SMS. Kalau dibiarkan saja, pelanggan bisa menulis di koran, dan akibatnya seluruh negeri jadi tahu ‘aib’ perusahaan Anda.


Order Asian food online with Foodpanda ID

3. Competency
Sikap pelanggan bisa berbeda-beda ketika merasa tidak puas  dengan pelayanan Anda. Ada pelanggan yang hanya diam, lalu tak pernah kembali. Ada pula yang komplain habis-habisan, lalu berteriak, “Saya mau bicara dengan manajermu saja!” Itu bisa terjadi jika frontlinertak punya kemampuan untuk memberikan solusi, bahkan tidak punya product knowledge yang cukup. Jadi, para frontliner ini, tidak bisa tidak, ia haruslah seorang yang cakap.

4. Courtesy
Bagaimanapun, menyapa pelanggan dengan senyum harus dikedepankan. Salam pembuka, seperti ‘selamat pagi’ atau ‘selamat siang’, tak pernah salah. Keramahan ini membuat pelanggan merasa dihargai. Jika pelanggan marah-marah, tetapi tetap disuguhi senyum, emosinya bisa langsung lumer.

5. Reliability
Menepati janji adalah keharusan. Frontliner anda sopan dan ramah tetapi makanan yang dijanjikan akan diantar dalam 10 menit, sudah 20 menit, kok, belum terhidang juga. Atau, Anda menjual barang elektronik dengan harga terjangkau, tetapi suku cadangnya sulit didapat.

6. Speed
Di era sibuk seperti saat ini, pelanggan tak boleh dibiarkan menunggu atau mengantre terlalu lama. Ketika pelanggan meminta bon tagihan, pegawai Anda harus segera bergerak. Jangan sampai membuatnya memanggil pegawai yang lain, hanya untuk diabaikan lagi dengan alasan restoran sedang ramai pengunjung.

7. Security
Pelanggan harus merasa aman dan nyaman. Barang yang tertinggal, dompet misalnya, sebaiknya Anda kirimkan. Kalau tidak tercantum alamat, simpanlah sampai pelanggan itu datang kembali. Tak hanya soal barang, keamanan juga berarti Anda mampu menjaga kerahasiaan data pelanggan.

8. Tangible
Jangan biarkan bangunan tempat Anda berbisnis tak terawat Penampilan para frontliner juga tidak meyakinkan. Kalau demikian, bagaimana pelanggan akan percaya bahwa restoran ini bonafid?


Friday, April 19, 2013 0 comments

Sukses Berbisnis Karena Berbakat?


Order Asian food online with Foodpanda ID


“Tapi, saya tidak berbakat bisnis” atau “ Saya tidak punya keturunan pedagang. Buyut,Kakek,Bapak saya petani” Demikian biasa yang dikatakan seseorang yang masih bimbang berbisnis. Ingin memulai tapi ragu apakah berbisnis adalah pilihan tepat baginya.

Apakah seseorang sukses berbisnis karena ia berbakat?

Rhenald Kasaliberpendapat ”Untuk jadi entrepreneur sejati, yang berperan bukan hanya bakat. Seseorang terbentuk bukan hanya karena genetika, melainkan karena orang itu berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia itu menjadi sesuatu bukan by nature, melainkan by nurture,”

Bakat hanyalah sebuah opportunity. Namun opportunity yang tidak dikembangkan ,maka tidak akan menjadi sesuatu.

Seperti contoh adalah Elang Gumilang yang saat ini terkenal sebagai pengusaha properti muda. Ayah Elang yang seorang kontraktor bangunan tidak membuat Elang otomatis langsung sukses dalam bidang properti. Ia tetap harus berjuang dan berusaha keras dalam “sekolah kehidupannya’ dengan mulai sebagai perjual donat keliling, berjualan sepatu, memasok lampu ke kampusnya IPB, mendirikan kursus bahasa Inggris sebelum akhirnya memutuskan berkecimpung di usaha properti. Elang belajar bagaimana bangkit saat jatuh dan berjuang keras untuk bertahan dalam bisnisnya. 
“Butuh proses dan kesabaran untuk mendapatkan semua ini, tidak ada sesuatu yang bisa dicapai secara instan,” tegasnya. 




Begitupun, seorang anak petani ,jika terus tinggal di kampungnya maka ia akan menjadi petani karena ia bergaul di lingkungan petani. Namun saat ia harus merantau, ia bisa jadi pebisnis meskipun tidak diwarisi bakat bisnis. Sebagai perantau ia harus mandiri dan ketakutannya tidak dapat bertahan hidup justru membuatnya mencari peluang apapun yang memungkinkan menghasilkan uang.


Ketakutan tersebut membuat ia terus mengasah kepekaannya untuk mendeteksi peluang dan kesempatan yang mungkin dapat ia raih.

Menurut Rhenald Kasali, ada tiga etnis asli Indonesia yang sering  menjadi pengusaha andal, yaitu Bugis, Banjar, dan Minang. Ketiganya suku perantau. Bisa dibilang, mereka yang merantau akan lebih sukses. Paling tidak, di negeri lain mereka bisa  bikin rumah makan Padang, buka warung kelontong, atau jualan di kaki lima.  Sedangkan etnis lain yang tidak memiliki budaya merantau jarang terdengar memiliki pengusaha yang sukses  ”Biasanya, orang dari etnis ini lahir dan menetap di kota kelahirannya. Mereka enggan merantau. Kalaupun buka warung, yang beli keponakannya, adiknya, pamannya, plus boleh 'ngutang. Kalau sedang tak punya uang, ia  tinggal ambil beras di rumah tetangganya. Toh, tetangganya adalah saudaranya juga. Makan? Ke warung tetangga, yang juga saudaranya. Rasa terlalu nyaman hidup bersama saudara, membuatnya tak mandiri. Karena tak mandiri, ya, sulit jadi pengusaha sukses.” Pungkas Rhenald Kasali.




Thursday, April 18, 2013 0 comments

Usaha Latah Atau Inovatif?




Fenomena latah di dunia bisnis bukan hal aneh. Bahkan, sulit memisahkan antara bisnis dan latah. Seperi halnya  ketika dua tahun lalu dunia kuliner tanah air dimarakkan oleh kemunculan rainbow cake yang kemudian menjadi fenomena, seolah tak ingin ketinggalan tren, hampir semua bakerydi kota-kota besar berlomba-lomba menciptakan kudapan berwarna pelangi itu dalam berbagai macam bentuk. Fenomena latah di dunia bisnis bukan hal aneh. Bahkan, sulit memisahkan antara bisnis dan latah. 

Dalam memulai bisnis, seorang pengusaha sebaiknya memilih bidang yang sesuai dengan ketertarikan. Hal itu penting, karena bisnis yang dilakukan berdasarkan passion hasilnya akan lebih optimal.       

Saat ini ada istilah happynomics, yang berarti melakukan bisnis sesuai passion tapi tetap memiliki nilai ekonomis. Sebab, bila perasaan senang sudah didapat, keuntungan dan kesuksesan pun akan mengikuti dengan sendirinya. Kare berbisnis yang didasari oleh rasa happy akan dikerjakan dengan lebih total sehingga dapat menghasilkan nilai ekonomis yang sepadan
      Rasa happy biasanya memengaruhi kesuksesan berbisnis. Sayangnya, pelaku bisnis yang merasa sudah berada di puncak keberhasilan cenderung berpuas diri dan berhenti melakukan inovasi. Kalaupun ada keinginan berinovasi, hal tersebut tak segera dilakukan          

Padahal, melakukan inovasi di saat grafik penjualan berada di atas adalah lebih tepat dibanding menunggu penjualan sedang menurun.Sehingga membangkitkan minat pelanggan untuk membeli lebih banyak lagi.



       

Sebaliknya, apabila ide inovasi tak segera diwujudkan, maka bisa menyebabkan kegagalan berbisnis. Hal itu terjadi pada perusahaan kamera film Kodak, yang akhirnya jatuh karena kalah dengan eksistensi kamera digital. Padahal, Kodak-lah yang sesungguhnya menciptakan kamera digital pertama di dunia. Karena khawatir mengganggu penjualan kamera film yang saat itu sedang berada di puncak, Kodak malah menghentikan produksi kamera digital. Ironisnya, tak lama setelah itu, kamera digital produksi kompetitor justru meledak. Masyarakat juga mulai beralih dari kamera film ke kamera digital. Kondisi itu membuat Kodak tak bisa berkutik, hingga akhirnya mengalami kemerosotan bisnis.
     
Lalu, bila ide berinovasi sudah ada di kepala, hal apa lagi yang harus dilakukan agar pelaksanaannya lebih total? Dalam berinovasi yang penting adalah menentukan functional value. Hal inilah menjadi fondasi, baru kemudian dibarengi dengan emotional value. Agar bisnis bertahan lama, kedua nilai tersebut harus saling menunjang. 
       
Starbucks misalnya, kedai kopi asal Seattle, Amerika Serikat, ini sebagai salah satu produk yang sukses menyeimbangkan nilai fungsional dan emosional, yakni rasa kopinya yang lezat. Hal itu dibarengi dengan emotional value lewat konsep kafetaria yang nyaman. Sehingga, pelanggan yang mengunjungi Starbucks tak hanya untuk menikmati kopinya, tapi juga untuk hang-outg sekaligus bergaya
     
Produk yang dijual dengan nilai fungsional dan emosional yang tepat terbilang lebih dapat bertahan lama daripada produk yang hanya memenuhi nilai fungsionalnya saja. Karena produk tersebut dapat lebih diingat pelanggan
     
Nah, tunggu apa lagi? Segera wujudkan ide inovasi bisnis sekarang juga, sebelum para pesaing di luar sana ‘merampas’ ide Anda. 


InterNations.org
Wednesday, April 17, 2013 0 comments

Tren Pemasaran Masa Depan:




Seorang pelaku wirausaha akan sukses jika tidak semata-mata mengandalkan tren bisnis, melainkan harus pandai pula memanfaatkan tren pemasaran saat ini. Kita jangan hanya terpaku pada jenis bisnis yang sedang menguntungkan, melainkan perlu memahami cara mengelolanya. Jadi,mengelola usaha lebih penting dibandingkan sekadar membuat produk.

Adabeberapa hal yang ikut menentukan sukses tidaknya pengelolaan bisnis saat ini, yaitu:

1. Speed atau kecepatan. Apa pun bisnis yang Anda pilih, tidak akan berhasil bila tidak bergerak cepat. Tapi, waspadalah, pelaku usaha cenderung tidak ingin mengungkap keberhasilan usahanya, karena khawatir diikuti. Jadi, hati-hati, jika orang mengatakan suatu bisnis berprospek cerah. Sebaliknya, buka mata dan telinga, jika orang mengatakan suatu bisnis kurang menjanjikan. Di sinilah pentingnya creative economy. Produk boleh sama, tapi kreativitas akan lebih dituntut.

2. Lintas batas. Di era perdagangan bebas ini, berpikirlah untuk selalu melakukan perdagangan lintas batas. Cobalah memperkenalkan produk Anda seluas-luasnya, agresif merangkul peluang untuk pengembangan bisnis, dan bersiaplah menghadapi persaingan.

3. War of talents. Anda perlu merebut tenaga-tenaga terampil, kalau tidak ingin hanya kebagian sisanya. Jangan percaya bahwa sukses bisa diraih tanpa pendidikan. Seberapa pun suksesnya sebuah bisnis, siapa pun orangnya, dan apa pun bisnisnya, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tetap penting.

4. Lifestyle of economy. Penampilan sering kali mempengaruhi penilaian seseorang. Karena itu, ubah penampilan Anda, baik secara fisik maupun wawasan. Jangan menjadi tua karena penampilan, sehingga orang merasa enggan untuk berinteraksi dengan Anda.

5. Mental pengusaha. Ini penting agar Anda bertahan sebagai pengusaha UKM, terutama agar Anda melihat sebuah masalah sebagai kesempatan. Banyak bisnis yang bisa dikembangkan dari masalah. Inilah yang disebut sebagai energy alternative. Mulailah melirik peluang dan melakukan langkah-langkah, yang mungkin luput dari penglihatan orang lain.



Tren pemasaran masa depan:

Selling the concept, not the product. Mulailah bisnis dengan merencanakan konsep, bukan hanya produksi.
Dream societyBisnis yang tumbuh sepuluh tahun ke depan adalah yang bermuatan spiritual dan emosional, misalnya wisata dan ketenangan jiwa.
Access and speed: virtual and online marketing. Jarak dan waktu kini bukan kendala bisnis. Lakukan promosi dan marketing dengan fasilitas teknologi, yaitu melalui SMS dan internet.
Community marketing. Pemasaran bisa dilakukan dengan membidik komunitas tertentu, misalnya komunitas hobi.
Aggresive selling. Merek yang tidak kuat, sekalipun terkadang sukses di pasaran, terjadi karena pemasaran agresif, contohnya bisnis MLM.
Viral marketingBuatlah produk Anda ‘bercerita’, sehingga pemasaran bisa berjalan dengan sendirinya dari mulut ke mulut, layaknya virus yang menyebar.
Niche marketing. Pasarkan produk khusus bagi pasar yang khusus pula, misalnya CD khusus bagi orang yang ingin berhenti merokok.
Creative marketing. Mencakup ‘penemuan’ baru, mulai dari pemikiran paling sederhana, hingga ide kreatif yang orisinal.

Tip:
·       Fokuskan usaha pada suatu target. Jangan tergoda untuk mengubah target secara impulsif.
·       Berpikirlah outside in, bukan inside out. Terbuka pada perubahan yang terjadi di luar, untuk kemudian diterapkan bagi pengembangan usaha.
·       Kesuksesan dan cara Anda berbisnis juga dipengaruhi oleh lingkungan dan komunitas. Lingkungan orang sukses dan pekerja keras akan memengaruhi Anda jadi pengusaha sukses.
·       Sukses itu tidak diukur dari seberapa tinggi Anda mampu meraih, melainkan seberapa cepat Anda bisa kembali saat Anda jatuh, dan memulai sesuatu yang baru.


0 comments

7 Kesalahan Dalam Bermitra Bisnis

Bermitra dalam membangun bisnis, entah dengan teman atau kerabat, bukanlah hal yang aneh. Kadang kemitraan malah diperlukan, terutama saat baru memulai usaha. Alasannya sederhana: bisa saling melengkapi keahlian, berpatungan modal, berbagi biaya operasional, hingga sharing peralatan kantor. Anggapan bahwa sinergi antara orang yang punya modal dengan orang yang punya ketrampilan akan lebih berpeluang sukses, membuat kemitraan juga banyak dipertimbangkan.

Secara teori, kemitraan memang bagus untuk memulai bisnis. Namun tidak selalu berarti cara terbaik. Sebab bermitra bisnis itu mirip seperti menikah, yang tak jarang kandas di tengah perjalanan. Dalam bermitra, banyak masalah yang harus ditangani: stres, egoisme masing-masing pihak, perbedaan karakter, masalah keuangan, biaya overhead tiap bulan, pengeluaran sehari-hari, hingga masalah karyawan.

Agar kemitraan bisa sukses dan Anda terhindar dari bahaya tersembunyi yang biasa timbul, tak ada salahnya Anda memperhatikan 7 kesalahan berikut yang sering dilakukan orang dalam bermitra bisnis:

1. Berbagi modal, bukan biaya.
Kapan pun Anda sharing dalam bentuk modal ke dalam bisnis, apakah itu uang, barang, atau informasi, itu sama artinya dengan memberikan milik Anda ke perusahaan patungan itu. Di dunia yang sempurna, mitra Anda itu pasti lurus, jujur, berintegritas penuh, dan sama sekali tidak tergoda untuk mengambil ‘hadiah’ itu dan menganggapnya sebagai milik sendiri.

Namun, dunia tidak sempurna. Jadi, daripada setor modal, lebih baik buatlah perjanjian untuk berbagi biaya-biaya, yang besarnya proporsional dengan porsi kepemilikan usaha. Ini akan lebih aman, terutama jika mitra atau Anda sendiri kemudian memutuskan untuk keluar dari kemitraan.

2. Menjadikannya mitra karena Anda tidak mampu menggajinya.
Ini kesalahan yang paling fatal, namun banyak terjadi. Contohnya: Anda punya ide bisnis, sementara teman Anda, Dewi, punya ketrampilan untuk menjalankannya. Karena tak mampu menggajinya, Anda dan Dewi bersepakat untuk berbagi tugas dan keuntungan. Yang terjadi kemudian, Anda dan Dewi berselisih akibat kinerjanya yang buruk, namun Anda tetap harus ikut bertanggung jawab, karena perjanjian kemitraan itu.

Jika Anda punya ide dan orang lain punya skill-nya, rekrut saja dia sebagai staf. Atau, buatlah perjanjian seperti kontrak antara pebisnis dengan pemasok. Jangan memberikan apa yang seharusnya tidak perlu diberikan.

3. Tidak adanya perjanjian legal dan tertulis.
Menjalin kemitraan selayaknya diwujudkan dalam perjanjian legal, hitam di atas putih. Setiap detail dan kewajiban didefinisikan secara jelas, ditulis, dan disetujui kedua belah pihak. Mintalah konsultan bisnis untuk membuatkan perjanjian itu.

4. Mempunyai porsi kemitraan 50:50.
Setiap bisnis, termasuk kemitraan, butuh seorang bos. Jika Anda memutuskan untuk menjalin kemitraan, buatlah di mana proporsinya 60:40, 70:30, 65:35. Lalu tempatkan orang kunci Anda untuk menjaga akuntabilitas dan kontrol operasi secara keseluruhan.

5. Tidak memilih kemitraan terbatas.
Salah satu kekurangan perjanjian kemitraan adalah asumsi bahwa kewajiban satu pihak juga ditanggung pihak lainnya. Padahal bisa saja meminta kemitraan terbatas, di mana Anda tidak ikut bertanggung jawab terhadap tindakan atau kewajiban mitra utama. Lagi-lagi, pastikan konsultan bisnis Anda bisa mengaturnya dalam perjanjian tertulis.

6. Tiadanya cara keluar dari kemitraan.
Kemitraan dalam bisnis seharusnya dimulai dengan perjanjian yang detil. Definiskan kondisi apa saja yang memungkinkan Anda atau mitra Anda bisa keluar dari kemitraan. Berikan juga pilihan apakah pihak yang keluar itu bisa menjual bagiannya ke mitranya, atau ke orang luar. Ini dapat dilakukan dengan jelas dan mudah, serta tidak akan mengganggu bisnis yang sedang berjalan.


7. Berharap persahabatan tetap langgeng setelah kemitraan berakhir.
Lagi, mengambil analogi dari pernikahan, berapa banyak mantan pasangan yang masih menjadi sahabat setelah mereka berpisah? Kemungkinan tidak banyak. Jadi jangan terlalu berharap menjalin kemitraan dengan seorang teman, dan tetap menjadi teman setelah kemitraan berakhir. Memang sangat bagus untuk tetap menjalin hubungan ataupun berbisnis dengan mantan mitra. Namun dalam dunia bisnis, yang menjadi prioritas utama adalah bisnis, teman nomor dua. Meski tak diharapkan, namun penting diingat, umumnya persahabatan juga berakhir ketika kemitraan berakhir.


0 comments

Pelanggan Komplain Di Media Sosial




Meskipun bisnis jual beli online yang telah berjalan selama beberapa tahun tampak lancar dan mulus, semua bisa berubah gara-gara keluhan pelanggan yang beredar di media sosial. Misalnya, terjadi kesalahan pengiriman order kepada seorang pelanggan. Ia mengadukan komplain melalui telepon, dan Anda berjanji akan memperbaiki pesanan dalam waktu 2 minggu. Tapi, sehari kemudian pelanggan ini mengeluhkan buruknya pelayanan toko online Anda di akun Twitter-nya secara panjang lebar sehingga mengundang reaksi banyak orang. Bagaimana Anda harus menanggapinya? 

Untuk menanggapi keluhan di media sosial, sebaiknya Anda tidak menjadi defensif membela diri atau malah membalas dengan twitwar. Ketika feedback atau komplain  terjadi, kita harus selalu introspeksi diri. Malah, kita harus selalu menganggap bahwa pelanggan yang komplain itu adalah ‘berkah’ yang diberikan Tuhan, supaya usaha kita jadi lebih baik.



 Anda perlu waspada, sebab ada beberapa jenis pelanggan yang,  di mana pun dan kapan pun, memang suka komplain. Tapi, ada juga tipe pelanggan yang dapat menjadi pemberi sinyal tentang pelayanan kita yang masih harus ditingkatkan. Ini sebetulnya bagus. Jika dia memang cerewet di media sosial, cari cara untuk memenangkan kembali hatinya, supaya nanti dia bicara yang bagus-bagus di sana.

Beberapa orang yang komplain sebetulnya menginginkan reward atau hadiah, bukan sekadar dimintai maaf atau dilayani dengan manis. Misalnya, ketika penerbangan delay, penumpang ingin diberikan kompensasi hotel atau ganti uang. Ketika mereka sudah mendapatkannya, mereka akan cenderung diam. Kalau mereka memang cerewet di media sosial, mungkin mereka justru akan memuji-muji layanan maskapai penerbangannya.


Tetapi, jangan abaikan komplain. Kalau pelanggan masih mau repot-repot mengajukan komplain, artinya dia peduli pada bisnis Anda. Karena itu, hadapi komplain itu dengan:


T: Tenangkan diri. Sadari bahwa pelanggan kecewa pada produk Anda, bukan pada Anda.
R: Redakan kemarahan pelanggan dengan meminta maaf atas ketidaknyamanan mereka.
A: Ajukan pertanyaan dan berempati, agar Anda mengerti benar masalahnya, dan mengerti posisi pelanggan.
M: Mengajukan alternatif solusi, dan biarkan pelanggan yang memilih.
P: Pastikan mereka memilih alternatif solusi yang Anda ajukan. Lalu, konfirmasi ulang tentang pilihannya. Pelanggan yang emosi sering lupa pada solusi yang dipilihnya sendiri.
I: Ingat salam penutup. Ucapkan terima kasih, hargai usahanya untuk datang ke perusahaan, dan bukan menyebarkan masalahnya kepada orang lain, atau menulis di surat kabar.
L: Lakukan evaluasi agar tidak terjadi lagi. Sering kali komplain hanya diselesaikan di meja customer service, tidak sampai ke manajemen.

InterNations.org

Monday, April 15, 2013 0 comments

Strategi "Potongan Harga"





Strategi bisnis yang matang biasanya sudah dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar dan mapan. Tapi, bukan berarti Anda yang baru mulai berbisnis, skala kecil atau menengah, tidak bisa ikut bersaing dengan perusahaan besar. Berikut ini beberapa tip dari Jacky Mussry, Vice President & Chief Knowledge Officer MarkPlus, Inc,konsultan marketing dalam hal strategi pemberian potongan harga,

• Tujuan. Tetapkan dari awal, apakah Anda memberi potongan harga adalah untuk tujuan finansial atau nonfinansial. Jika finansial, tentu Anda harus menghitung biayanya secara detail. Tapi, jika nonfinansial, misalnya, gudang barang sudah penuh atau meningkatkan image, mungkin Anda harus rela merugi sedikit.  

• Biaya. Selain harga barang itu sendiri, Anda juga harus menghitung biaya yang dikeluarkan untuk sewa, inventaris, gaji pegawai, dan biaya lain yang terkait dengan bisnis. 

• Sistem pembayaran. Jika tujuan Anda memberi potongan harga atau bentuk promosi apa pun adalah untuk menjaga cash flow, maka pastikan cara pembayarannya tunai atau debit. Dengan begitu, tujuan mendapatkan uang segera, bisa tercapai.

• Gunakan cara promosi yang murah meriah. Promosi tidak boleh lebih mahal dari harga barang yang dijual. Anda bisa memanfaatkan media sosial untuk berpromosi. 






• Jangan memberikan janji berlebihan yang akan menjadi bumerang. Seringkali kita melihat pada iklan diskon sebuah produk terdapat tambahan kalimat : "Syarat dan Ketentuan Berlaku" . Sebaiknya Jangan  memberikan syarat dan ketentuan yang menyulitkan dan membingungkan pelanggan. Bukannya senang, mereka bisa merasa tertipu dan terjebak. Karena itu, bentuk promosi yang Anda tawarkan harus jelas, jujur, dan tidak menyesatkan.

• Bentuk dan besarnya potongan harga tidak bisa dipukul rata, semua perlu mempertimbangkan berbagai hal tadi. 

• Ciptakan demand dan pertajam segmentasi pembeli. Caranya dengan mencari keunikan dan nilai lebih dari barang yang Anda jual. Konsumen sekarang cenderung tidak mempermasalahkan harga untuk membeli barang yang memang akan memberi nilai lebih, bukan hanya gunanya. Misalnya,  baju yang bisa membuat konsumen terlihat lebih ramping atau   bisa dikenakan bolak-balik. 


• Perhatikan perilaku pembeli. Berikan sentuhan emosional pada pengalaman berbelanja, misalnya dengan memberi layanan yang ramah, atau memanggil customer dengan panggilan akrab. Wanita biasanya lebih suka jika diperlakukan seperti teman.





0 comments

Memulai Bisnis Dari Nol (Bagian 9)


InterNations.org           

9. Bagaimana Jika Bisnis Anda Gagal?





Apapun jenis usahanya selalu ada kemungkinan gagal. Bagaimanapun sempurnanya sebuah sistem –selama sistem tersebut masih berkoneksi dengan manusia- selalu ada celah terjadi human error .
Dalam dunia usaha, kegagalan adalah sebuah keniscayaan. Orang sukses adalah orang yang telah berkali-kali gagal. Karena dengan kegagalan tersebut maka ia bisa mengetahui apa saja indikator keberhasilannya. Jika  ia tidak pernah gagal bagaimana ia mengetahui bahwa ia telah sukses?




Ketika awal bisnis berjalan, anda akan menemui banyak kendala yang seringkali jauh dari bayangan anda. Mungkin disebabkan karena kesalahan anda sendiri. Namun  dengan kesalahan-kesalan tersebut anda bisa belajar.

Lalu, dengan adanya kemungkinan mengalami kegagalan apakah anda tidak berani mencoba?

Kegagalan adalah fitrah manusia. Seorang bayi yang baru belajar merangkak akan terpeleset berkali-kali, bisa jadi kepalanya terantuk lantai. Namun ia akan terus mencoba. Begitupun saat ia belajar berjalan, meskipun sudah di ‘tatih’ dan dibimbing kedua tangannya , tak urung ia akan berkali-kali jatuh. Saat terjatuh ia mungkin menangis karena lututnya terluka dan berdarah, tetapi si anak tidak pernah kapok untuk terus berlatih. Hingga suatu saat ia akan mendapati dirinya sanggup untuk berlari.

Bayangkan saat ia baru sekali terjatuh lalu menyerah untuk terus belajar berjalan karena takut terjatuh lagi, mungkin selamanya ia akan terus minta digendong  kemana-mana.

Begitulah analoginya dalam dunia bisnis.

Seperti halnya seorang anak yang memerlukan “dititah” saat belajar berjalan, anda memerlukan seseorang yang membimbing anda. Seseorang yang dapat memberikan contoh cara melangkah yang benar. Seseorang yang akan menyemangati anda agar segera bangun kembali ketika terjatuh.

Anda memerlukan mentor. Mentor yang sebaiknya anda pilih adalah seorang praktisi bisnis yang memiliki bidang usaha yang sama dengan bidang usaha anda. Karena ia telah mengalami dan memahami permasalahan dan kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul dalam bisnis tersebut.

Disamping itu, sebagai pelaku usaha anda perlu bergabung dengan komunitas pengusaha. Karena dengan berkomunitas anda bisa membangun relasi, bertukar pikiran dan belajar  dengan sesama entrepreneur.  Melalui komunitas anda bisa mengikuti seminar, pelatihan, dialog dan bimbingan dari orang-orang yang telah sukses dibidang usahanya.

Jadi,  jika bisnis anda gagal sangat wajar bila anda kecewa, bersedih lalu lesu. Respon tersebut adalah manusiawi sekali. Namun ingatlah, bukan hanya anda seorang yang pernah gagal. Thomas Alfa Edison harus melakukan percobaan sebanyak 1449 kali baru ia berhasil menemukan cara yang tepat dalam membuat sebuah bola lampu. Bayangkan jika pada percobaan ke 1448 ia menyerah dan tidak mencoba sekali lagi, mungkin hingga sekarang ini malam hari tetap kita lewati dalam kegelapan.

Begitupun pesawat terbang yang sudah di rancang dengan sistem terintegrasi yang canggih oleh para pakar, tetap memiliki kemungkinan mengalami kecelakaan entah karena kesalahan pilot dalam memahami instruksi menara pengawas di bandara, pemeliharaan sistem yang kurang baik atau karena faktor yang tidak bisa dikalahkan oleh kecanggihan manusia, yaitu faktor alam.

Begitulah, “enaknya” menjadi manusia yang mempercayai adanya kekuatan Maha Pengatur. Kita bisa mengadu padaNYA setiap saat. Sebagai manusia kita wajib berikhtiar semaximal daya upaya kita, namun hak untuk menentukan hasil akhir ada ditangan Allah Yang Maha Tahu apa yang terbaik bagi kita.


 
;