Wednesday, July 4, 2012 0 comments

'Ngerasani : Adalah Cara Tercepat Menghilangkan Pelanggan


Dalam berinteraksi dengan  masyarakat sekitar  seringkali ada hal-hal yang menjadi ganjalan hati namun sulit diungkapkan secara terang-terangan. Entah karena kita merasa sungkan, malu atau  karena terlalu sebal sehingga enggan untuk berurusan lebih jauh. Namun, sebagai makhluk yang  memiliki kebutuhan untuk selalu berkomunikasi dan bersosialisasi maka tak jarang ketidak sukaan tersebut akan kita ungkapkan kepada objek yang tidak berhubungan dengan pelaku penyebab kesebalan kita. (Kalau istilah saya adalah “orang yang kena getahnya” .). Atau bisa juga ketidaksukaan tersebut kita ungkapkan dibelakang punggung pelaku. Dalam bahasa Jawa  disebut “Ngerasani”

Saya yakin hampir semua manusia pernah ‘ngerasani, termasuk saya sendiri. Berdasarkan pengalaman  saya (hehehe...jadi malu..)  ada perasaan “puas” ketika selesai mengungkapan hal jadi yang ganjalan dihati. “Kepuasan” tersebut timbul karena kita sudah menyalurkan emosi dan perasaan negatip lainnya.  Namun, anehnya  akibat ‘ngerasani  akan timbul ‘ganjelan hati’ lainnya.  Karena jauh dilubuk hati, kita tahu bahwa dalam pandangan sosial dan agama perbuatan ‘Ngerasani’ adalah tidak baik. 

Complicated yah.  Susahnya jadi manusia.

Meskipun kadang saya me-rasani , tak jarang juga saya menjadi korban yang di-rasani.Percayalah, sangat tidak enak. Saya menjadi merasa berada jauh diseberang pelaku rasan-rasan, meskipun bisa jadi semenit sebelumnya saya merasa sangat dekat dengan mereka (karena pasti percakapannya diantara 2 orang atau lebih), saya merasa jadi korban , dan seterusnya dan seterusnya. Akibatnya, setelah tahu pernah dirasani saya akan menjauh dari orang tersebut.  

Contoh kejadiannya begini, saya pernah diundang oleh salah satu supplier untuk menghadiri seminar tentang perkembangan teknologi terkini dibidang proses kimia. Karena memang materi yang akan disajikan sangat berhubungan dengan bidang usaha , maka dengan semangat 45 saya menghadiri acara tersebut. Selesai acara seminar sesi I, karena masih sangat penasaran dengan materi yang disampaikan, maka saya mengajak pemateri untuk berdiskusi lebih lanjut ,apalagi pemateri adalah orang yang cukup mumpuni dibidangnya. Ditengah diskusi, salah satu panitia memotong percakapan kami dan mempersilahkan kami masuk ke ruang lain dikarena acara akan dilanjutkan presentasi produk. Ketika saya akan masuk ke ruangan acara tiba-tiba saya mendengar percakapan bisik-bisik yang intinya meragukan kemampuan perusahaan kami menghandlekecanggihan produk tersebut.

Meskipun saya tetap mengikuti seminar sampai akhir (alasannya karena saya merasa sayang, sudah datang jauh-jauh tidak dapat tambahan ilmu dan apalagi kelihatannya menu makan  siangnya enak dan gratis) namun ada tekad didalam hati kami tidak akan memakai produk perusahaan tersebut, termasuk untuk produk lain yang sudah kami order rutin sebelumnya. Toh, kompetitor mereka pasti ada.

Saya marah?

Ya, karena meskipun mungkin benar penilaian si pelaku rasan-rasanbahwa teknologi tersebut adalah mahal buat kami, tapi yang membuat saya marah adalah ia menyampaikannya dibelakang punggung kami. Yang terluka adalah harga diri . Seandainya ia secara terbuka menyatakan harga sekian juta rupiah, maka mungkin yang akan meyatakan bahwa harga tersebut mahal dan kami tidak sanggup dengan level harga tersebut adalah kami sendiri. Selesai. Tidak ada sakit hati. Dan bisnis diantara kami akan berjalan seperti biasa.
Monday, May 7, 2012 0 comments

Saya Seorang Sales

Saya, lahir sebagai anak ke 2 dari 7 orang bersaudara. Pada saat saya kelas 3 SMP, bulan Februari 1989, ayah saya Bpk. H. Abdul Muin meninggal dunia. Dengan meninggalnya ayah menyebabkan Ibu saya yang tadinya tidak pernah bekerja terpaksa harus banting tulang menghidupkan ketujuh anaknya untuk bertahan hidup.
Melihat kondisi demikian, saya memutuskan setamat SMP akan melanjutkan ke sekolah kejuruan dengan harapan  bisa langsung mendapatkan pekerjaan. Selulus SMP saya mendaftar ke  Sekolah Menengah Teknologi Kimia, karena nilai nilai pelajaran ilmu eksakta saya cukup bagus.
Alhamdulillah, begitu selesai ujian akhir di SMT. Kimia tahun 1992 , bahkan sebelum ijazah saya terima dari Kepala Sekolah,  saya langsung mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan jamu dan kosmetika terkenal  yaitu PT. Mustika Ratu. Namun, begitu menerima gaji pertama, saya merasa sedih, karena berdasarkan hasil perhitungan, gaji saya hanya akan habis untuk uang transport dan makan siang. Dengan gaji tersebut akan sulit bagi saya membantu Ibu membiayai adik-adik.
Saya hanya bertahan sekitar 1 tahun di perusahaan tersebut, kemudian saya melamar pekerjaan ke PT. Takeda Indonesia sebagai Medical Representative , dengan  pertimbangan selain gaji yang lebih baik , fasilitas lain yang akan didapat adalah kendaraan operasional, insentive, maupun reward lain jika target penjualan tercapai.
Dengan dorongan  ingin membantu Ibu, saya berusaha keras untuk selalu mencapai target penjualan. Sehingga nyaris setiap tahun saya selalu menjadi “The Best Achievement” dimana reward yang diberikan selain insentive yang bisa lebih besar berkali lipat dari gaji, juga mendapat trip perjalanan keluar negeri, Tidak jarang saya juga mendapat  beberapa barang elektronik sebagai hadiah jika sedang ada program  Product Challenge.
3 tahun bekerja di Takeda, lalu pada 1996 saya  mendapat tawaran untuk bergabung dengan  PT. Bayer Indonesia sebagai Senior Medical Representative dan pada tahun 1999 saya pindah kerja lagi ke Degussa-Huls sebagai Area Manager.
Menjadi sales yang tidak harus ‘ngantor dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore membuat saya memiliki kesempatan  bekerja sambil kuliah. Sehingga saya bisa kuliah Teknik Perminyakan dan dilanjut Manajemen Bisnis.
Tahun 2001 saya menikah dan pada Agustus 2002 melahirkan anak kembar.  Karena ingin mengasuh dan mengurus kedua anak  saya tersebut, maka pada 2003 saya  memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaan saya saat itu. Namun, karena terbiasa memiliki sumber pemasukan sendiri, saya menjadi gelisah, kemampuan saya untuk berbagi kepada keluarga dan saudara menjadi terbatas, karena income hanya dari gaji suami.
Tahun 2004, kami memutuskan membuat dan membangun perusahaan sendiri. Yaitu PT. Harvest Chemical Solution ,  (  http://www.harvestchemical.co.id ) yang merupakan perusahaan perdagangan Bahan Kimia untuk Industri. Suami saya yang sejak awal berkarir bekerja dibagian Riset dan Pengembangan, maka suami fokus dalam pengembangan produk dan masalah teknis lainnya. Sedangkan saya yang berkarir di bagian Sales, mendapat tugas mengurus Penjualan dan Pemasaran.

Alhamdulillah, dengan ijin Allah, restu dari orang tua dan kerja keras kami, sejak Tahun 2007 perusahaan kami sudah mengeksport ke Sudan , Malaysia , Vietnam , dan Mesir.

Dengan menjadi SALES saya menjadi mendapat banyak ilmu dan manfaat. Tidak hanya pengetahuan seputar produk –produk yang pernah saya pasarkan , namun juga bertambah luasnya jejaring dan persaudaraan yang bisa dibina selain dengan pelanggan juga dengan masyarakat disekitar saya.
Wednesday, February 1, 2012 0 comments

Diferensiasi : Antara Tek-tek dengan Dhog-dhog



Kadang-kadang saya mengambil cuti dari jabatan Super Chef dirumah, namun agar ketahanan pangan tetap terselenggara dengan baik saya sering menawarkan pengganti menu nasi dan lauknya dengan Mie Goreng, karena –menurut versi saya yang bukan ahli gizi- kandungan gizi mie goreng lumayan lengkap. Ada karbohidrat dari mie, ada lemak dari tumisan, ada protein dari suwiran ayam dan telor , ada sayuran dan ada vitamin C dari cabenya…Hehehe.
Jika menu mie goreng tersebut saya tawarkan kepada 2 anak ABG saya, (kembar namun selalu ingin tampil beda), maka jawabannya, “Aku mau Mie Tek-tek soalnya crunchy “ kata yang sulung.
“Aku mau Mie Dhog-dhog” kata adiknya.” Lebih enak, nyemek-nyemek gitu deh…”
Istilah Tek-tek dan Dhog-dhog diambil dari bunyi alat yang dipukul si tukang mie ketika mengumumkan kehadirannya sepanjang gang depan rumah kami. Suara “Tek-tek” adalah hasil karya si tukang mie yang satu ketika memukul-mukul penggorenggan dengan sendok. Sedangkan “Dhog-dhog” adalah hasil kreasi bebunyian dari tabung bambu yang dipukul oleh tukang mie lainnya.
Yang kadang menyebalkan buat saya, karena saya harus lebih lama menunggu dan pasang kuping, kehadiran kedua tukang mie tersebut tidak pernah berbarengan,. Selalu ada jeda antara 30 menit hingga 1 jam diantaranya., seolah-olah mereka sudah membuat jadwal kedatangan sebelumnya. Namun, atas nama selera kedua buah hati saya , mau tidak mau saya tetap menanti kedatangan mereka.
Perbedaan selera inilah yang ditangkap dengan baik oleh kedua tukang mie tersebut. Materi jualan boleh sama : Mie Goreng, Nasi Goreng plus Mie Rebus. Peralatan sama : gerobak, kompor, penggorengan, sutil dan teman-temannya. Cara memasakpun sama : panaskan minyak sayur, tumis bumbu, masukkan kocokan telur, mie, sayuran dan seterusnya..dan seterusnya. Yang berbeda adalah waktu proses menggoreng mie. Pada tukang “Mie Tek-tek” waktu menggorengnya lebih lama dibanding tukang “Mie Dhog-dhog”.
Sedikit perbedaan cara memasak ini menciptakan perbedaan jenis konsumen. Sehingga masing-masing penggemar mereka rela menanti dengan harap-harap cemas kedatangan si Abang Mie Favoritnya.

Catatan : Jenis dagangan boleh sama, namun tentukan perbedaan dan keunggulan dibandingkan kompetitor.

Salam,
Rinny Ermiyanti Yasin
PT. Indonesia Harvest Chemical
PT. Harvest Chemical Solutions


 
;