Kreatifitas
disebut-sebut sebagai salah satu modal utama dalam berbisnis. Mengapa?
Pengalaman pengusaha sukses sudah membuktikan bahwa yang penting dalam bisnis bukanlah
uang, melainkan kreatifitas. Idealnya, kreativitas itu menjadi budaya di semua
bidang usaha, apa pun jenisnya. Dengan berpikir kreatif, hasilnya akan lebih
baik. Tapi, jangan hanya menjadi berbeda. Berbeda itu harus ada alasannya,
harus bisa dijelaskan. Tidak boleh bilang, “Ya, supaya beda aja.”
Misalnya, kenapa ada pengusaha yang
berani menjual wagyu steak dengan konsep warung? Padahal, secara teori, wagyu
yang tergolong produk mahal harusnya hanya bisa ditemukan di tempat mahal pula.
Alasannya, yang dijual kan
kenikmatan menyantap daging wagyu yang empuk. Selain itu, agar bisa menjangkau
lebih banyak konsumen.
Kreatifitas dalam bisnis perlu diterapkan
dalam berbagai aspek. Tak hanya dari segi produk. Mulai dari lokasi, promosi, CSR, hingga SDM perlu dipikirkan secara
kreatif. Membuka tempat makan, misalnya, tak harus menempati food court sebuah mal ternama. Di
bengkel cuci mobil (saat malam hari tentunya dia tutup), juga bisa. Soal
promosi, dulu Martha Tilaar tak langsung bisa pasang satu halaman iklan di
harian ternama. Awalnya, dia mendekati agen koran dekat lokasi salonnya, lalu
menitipkan flyer untuk diselipkan di
dalam koran.
Dalam hal servis? Bisa juga. Ada
sebuah toko sepatu online yang konsepnya mirip Amazon.com. Bedanya, ketika
konsumen merasa tidak puas saat menerima sepatu pesanannya, ongkos kirim
ditanggung oleh toko. Pengusaha sepatu itu memahami bahwa konsumen punya rasa
khawatir, bagaimana jika sepatunya tidak cocok. Sebab, biasanya membeli sepatu kan harus dicoba
terlebih dulu. Lalu, ongkos kirim diambil dari mana? Dipotong dari biaya
marketing.
Soal jam buka saja, Anda bisa kreatif. Di Yogyakarta, siapa, sih, yang tak mengenal gudeg. Saat malam tiba, di sepanjang Jalan Malioboro, banyak sekali penjaja kaki lima yang menjual gudeg. Tapi, ada satu kedai gudeg di sebuah gang sempit. Dalam waktu kurang dari dua jam, gudeg sudah ludes. Padahal, tempat makannya biasa banget. Namun, dia berbeda, karena hanya buka menjelang tengah malam. Ditambah lagi, pengunjung boleh masuk dan mengantre langsung di dapur. Hasilnya, yang parkir di jalan dekat gang pun mobil-mobil mewah.
Dan… kreativitas ini tak hanya untuk segelintir usaha saja. Pada dasarnya, setiap bisnis adalah bisnis kreatif. Bukan hanya industri kreatif saja yang harus kreatif. Bahkan, bank yang punya banyak regulasi ketat, bisa, kok, menjadi kreatif. Misalnya, di bidang CSR (Corporate Social Responsibility).
*Saya posting juga di Rinny's Diary*
0 comments:
Post a Comment