Seberapapun bagus dan canggihnya sebuah produk, bisa saja produk tersebut tidak akan laku dijual.
Mengapa?
Karena pada dasarnya pembeli tidak butuh "produk". Mereka butuh "kenyamanan".
Salah satu contohnya adalah sekotak tissue.
Di tas ,di mobil, di rumah bahkan hingga ke kamar mandi kita selalu menyediakan tissue. Padahal dulu kita ngga merasa butuh,tuh.
Saat
kita merasa perlu melap atau menghapus sesuatu. Ingus, keringat,
tetesan air di meja kita biasanya melap dengan kain. (ingat, saat kecil
kita melap ingus dengan lengan baju? hiiii)
Lalu kapan mulai merasa butuh tissue?
Kita
mulai merasa butuh tissue ketika para Pembuat Strategi Marketing pabrik
tissue berhasil meyakinkan dan merasuk ke pikiran kita bahwa melap
dengan kertas tissue itu lebih bersih dan lebih higienis.
Ok. Kita melap segala kotoran dengan kertas tissue.
Namun,
ternyata pabrik kertas tissue menerima berbagai macam pulp (bubur
kertas) dengan berbagai macam 'grade' sesuai jenis kayu yang tersedia
pada musim tersebut. Sehingga kertas tissue yang dihasilkan berbeda
'grade'nya. Maka para Ahli Marketing mereka berpikir keras lagi untuk
menjual produk tersebut.
Akhirnya, sekarang kita dengan
suka rela menerima kenyataan bahwa kertas tissue untuk wajah berbeda
dengan tissue untuk toilet, berbeda juga untuk tissue dapur, dan berbeda
dengan tissue untuk melap piring . Dan seterusnya.
Kembali
lagi, jika sejak awal para Tenaga Penjual hanya menawarkan kertas
tissue, tanpa upaya menanamkan bahwa "kita butuh tissue agar bersih
(berarti merasa nyaman) apakah kita bersedia mengeluarkan uang hanya
untuk membeli lembaran kertas tipis tersebut?
Jadi, apakah konsumen anda merasa nyaman menggunakan produk anda, sehingga mereka butuh untuk membeli lagi dan lagi?
Showing posts with label Entrepreneurship. Show all posts
Showing posts with label Entrepreneurship. Show all posts
Kreatifitas
disebut-sebut sebagai salah satu modal utama dalam berbisnis. Mengapa?
Pengalaman pengusaha sukses sudah membuktikan bahwa yang penting dalam bisnis bukanlah
uang, melainkan kreatifitas. Idealnya, kreativitas itu menjadi budaya di semua
bidang usaha, apa pun jenisnya. Dengan berpikir kreatif, hasilnya akan lebih
baik. Tapi, jangan hanya menjadi berbeda. Berbeda itu harus ada alasannya,
harus bisa dijelaskan. Tidak boleh bilang, “Ya, supaya beda aja.”
Misalnya, kenapa ada pengusaha yang
berani menjual wagyu steak dengan konsep warung? Padahal, secara teori, wagyu
yang tergolong produk mahal harusnya hanya bisa ditemukan di tempat mahal pula.
Alasannya, yang dijual kan
kenikmatan menyantap daging wagyu yang empuk. Selain itu, agar bisa menjangkau
lebih banyak konsumen.
Kreatifitas dalam bisnis perlu diterapkan
dalam berbagai aspek. Tak hanya dari segi produk. Mulai dari lokasi, promosi, CSR, hingga SDM perlu dipikirkan secara
kreatif. Membuka tempat makan, misalnya, tak harus menempati food court sebuah mal ternama. Di
bengkel cuci mobil (saat malam hari tentunya dia tutup), juga bisa. Soal
promosi, dulu Martha Tilaar tak langsung bisa pasang satu halaman iklan di
harian ternama. Awalnya, dia mendekati agen koran dekat lokasi salonnya, lalu
menitipkan flyer untuk diselipkan di
dalam koran.
Dalam hal servis? Bisa juga. Ada
sebuah toko sepatu online yang konsepnya mirip Amazon.com. Bedanya, ketika
konsumen merasa tidak puas saat menerima sepatu pesanannya, ongkos kirim
ditanggung oleh toko. Pengusaha sepatu itu memahami bahwa konsumen punya rasa
khawatir, bagaimana jika sepatunya tidak cocok. Sebab, biasanya membeli sepatu kan harus dicoba
terlebih dulu. Lalu, ongkos kirim diambil dari mana? Dipotong dari biaya
marketing.
Soal jam buka saja, Anda bisa kreatif. Di Yogyakarta, siapa, sih, yang tak mengenal gudeg. Saat malam tiba, di sepanjang Jalan Malioboro, banyak sekali penjaja kaki lima yang menjual gudeg. Tapi, ada satu kedai gudeg di sebuah gang sempit. Dalam waktu kurang dari dua jam, gudeg sudah ludes. Padahal, tempat makannya biasa banget. Namun, dia berbeda, karena hanya buka menjelang tengah malam. Ditambah lagi, pengunjung boleh masuk dan mengantre langsung di dapur. Hasilnya, yang parkir di jalan dekat gang pun mobil-mobil mewah.
Dan… kreativitas ini tak hanya untuk segelintir usaha saja. Pada dasarnya, setiap bisnis adalah bisnis kreatif. Bukan hanya industri kreatif saja yang harus kreatif. Bahkan, bank yang punya banyak regulasi ketat, bisa, kok, menjadi kreatif. Misalnya, di bidang CSR (Corporate Social Responsibility).
*Saya posting juga di Rinny's Diary*
Sunday, March 2, 2014
Entrepreneurship,
Sales and Marketing Strategy,
Strategi Marketing
0
comments
Tiga Prinsip Menguasai "Mobile Marketing" di 2014
Pada November 2012, Mark
Plus Insight dalam “Netizen Survey 2012 “melaporkan
bahwa 61.1 juta masyarakat
Indonesia
menggunakan internet melalui ponsel cerdas. Begitupun menurut eMarketer.com,
pada tahun 2013 , 24% masyarakat Indonesia mengakses internet melalui ponsel,
dan 42,6% diantaranya yang menggunakannya untuk berbelanja online. Pada survey tersebut juga diketahui bahwa 25,8%
dari seluruh penjualan online selama
akhir pekan dilakukan dengan bantuan ponsel
Untuk berhasil
dalam ‘mobile marketing’ di tahun 2014 ini, Anda harus menguasai tiga prinsip berikut : SEGERA, SEDERHANA,
dan KONTEKS IKLAN.
1. SEGERA
Kita telah menjadi masyarakat ‘on-demand’. Ponsel adalah media ‘on-demand’. Pengguna internet menginginkan informasi yang mudah diakses. Semua ‘orang marketing’ paham bahwa keputusan membeli diambil dalam hitungan menit begitu calon pelanggan menemukan kecocokan dengan produk yang ditawarkan. Bahkan, menurut Google, 63% transakti terjadi dalam waktu satu jam sejak dari pencarian awal.
Metode
‘mobile marketing’ mempercepat
konsumen pengambilan keputusan sekaligus memungkinkan pemasar untuk
mempengaruhi keputusan-keputusan lebih cepat dari sebelumnya .
Maka.
cocokkan kampanye iklan anda dengan perilaku konsumen. Begitupun, sesuaikan platform tempat anda
beriklan (facebook, twitter,dan sebagainya)
dengan data profil pelanggan anda. Jika Pelanggan anda suka dengan
gambar-gambar detail produk , maka pilihlah Facebook atau Instagram sebagai
tempat anda beriklan. Sedangkan Twitter adalah media yang cocok jika anda ingin
menyampaikan flash-news produk anda.
2.
SEDERHANA
Pastikan
website anda sudah mobile-optimized. Menurut penelitian, 40 %
pengakses internet akan meninggalkan sebuah website jika membutuhkan lebih dari
tiga detik untuk tampil di layar ponsel. Jadi , Anda harus menyajikan informasi
dengan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna dengan beban data yang ringan.
Website sebaiknya hanya menampilkan hal-hal yang menyangkut informasi produk,
lokasi toko, FAQ, konten bermanfaat atau bentuk layanan pelanggan. Beban data yang terlalu berat akan membuat website anda lambat terakses.
3.
KONTEKS IKLAN YANG TEPAT
Pastikan poin-poin yang anda sampaikan dalam website
atau iklan harus relevan dengan harapan konsumen terhadap produk anda. Misalnya
seseorang yang membeli sebuah mobil tentu mengharapkan adanya layanan purna
jual . Maka produsen mobil bisa mengiklankan tentang jaminan perawatan berkala,
diskon cuci mobil, atau ketersediaan suku cadang.
Untuk mengetahui kebutuhan pelanggan terhadap
konten mobile marketing anda, maka dibutuhkan
data dan riset tingkah laku konsumen
sehingga anda bisa menonjolkan konten penawaran yang menarik.
Pesan
iklan yang tepat waktu , disajikan dengan jelas , dan dalam konteks yang benar
- akan membantu keberhasilan usaha anda dalam era mobile
marketing ini
...Bersambung
Ada begitu banyak ketidakpastian ketika memulai bisnis Anda sendiri.
Beberapa pertanyaan yang sering mengganggu diantaranya adalah: akankah
orang membeli produk saya? Apakah layanan kami lebih
baik dari pesaing? Haruskah saya
berhenti dari pekerjaan saya sekarang
untuk memulai usaha ini?
Nyaris semua pengusaha pemula merasa khawatir
jika usahanya kelak tidak sukses. Richard
Branson dalam salah satu seminar onlinenya mengatakan,” Ada beberapa tips agar bisnis ‘start-up’ anda sukses. Pertama, sebagai
pengusaha, anda harus mengenal target
market usaha dengan sebaik mungkin . Kedua, juallah produk atau layanan yang
berbeda dari pesaing, dan bersainglah secara sehat . Ketiga, produk atau layanan
yang akan anda jual harus dapat memberikan manfaat lebih banyak dibanding
produk atau layanan yang sudah ada. Keempat, pengusaha harus bisa menonjolkan produknya
lebih dari produk pesaing, Kelima , dapatkan sebanyak mungkin masukan dari
pelanggan tentang produk atau layanan yang dijual.
Bandingkan dengan produk atau layanan pesaing.
Nah,
anda akan mulai berbisnis? Silakan perhatikan dan
meniru tips tersebut.
Tuesday, October 1, 2013
Entrepreneurship,
Sales and Marketing Strategy,
Strategi Marketing
1 comments
6 Tips Beriklan di Media Sosial
Media sosial menjadi salah satu cara terbaik untuk menyampaikan materi promosi kita kepada masyarakat secara cepat dan
masif. Dengan sekali tekan tombol “ENTER” maka pesan yang kita kirim akan diterima
oleh relasi kita sekaligus teman-teman mereka. Bayangkan jika kita memiliki
1000 orang follower pada laman media
sosial, lalu ada 100 orang yang me-replay
quote kita , maka 1000 orang plus
ribuan orang teman dari 100 orang yang mereplay tadi akan membaca apapun yang
kita tulis. Tidak jarang para pembaca ’ikutan’ ini bisa menjadi follower berikutnya.
Berikut ada 6 tips beriklan
di media sosial:
1.
Gunakan
kalimat sederhana
Agar
usaha terlihat hebat, anda menampilkan materi iklan dalam kalimat yang panjang
ditambahi dengan data-data statistik.
Ingat, anda sedang beriklan, bukan menulis jurnal ilmiah. Sampaikan
materi iklan anda dalam kalimat sederhana dan tepat sasaran
2.
Visualisasikan
Orang
lebih tertarik pada gambar-gambar dibandingkan narasi. Jadi, lebih baik visualisasikan iklan anda. Boleh
dalam bentuk foto-foto ataupun video.
3.
Bercerita
Orang
juga lebih tertarik mendengarkan sebuah cerita dibandingkan ’petuah’. Misalkan
anda menjual produk herbal, dibanding anda ’berbusa-busa’ menjelaskan khasiat
produk anda dengan kandungan bahan-bahan yang terbukti manjur, akan lebih
menarik jika materi iklan anda dalam bentuk video testimoni para pengguna
produk anda.
Sekarang
banyak sekali sosial media yang bisa anda pilih : facebook, twitter, linkedin, pinterest,
youtube,slideshare dll. Sesuaikan dengan bentuk materi promosi anda dan tujuan
promosi.
5.
Tulislah
Apa Adanya
Berpromosi adalah mengumuman kepada masyarakat manfaat
yang bisa diperoleh dari membeli sebuah produk. Dalam materi promosi Anda bisa saja menutup- nutupi kelemahan produk
anda sekarang. Namun, begitu customer datang dan membeli produk tersebut, cepat
atau lambat kelemahan produk anda segera akan menyebar. Anda tentu tidak ingin menunggu ledakan
komplain, bukan?.
Kita bisa mencoba mencontoh pada disclaimer produk kosmetik.
6. Bekerja sama
Bergabunglah dengan perusahaan-perusahaan yang
memiliki visi atau tujuan promosi yang sama. Di media sosial Anda bisa berbagi hashtag sehingga tujuan gerakan anda lebih cepat
tercapai. Misalny,a gerakan #AyoSarapanPagi
yang diadakan oleh perusahaan cereal
besar dan sebuah tabloid wanita
Tuesday, September 24, 2013
Entrepreneurship,
Sales and Marketing Strategy,
Selling Skill,
Strategi Marketing
0
comments
ARLOJI SWISS, NOKIA DAN KODAK
Oleh Rhenald
Kasali
Pada tahun
1960-an dipergelangan tangan manusia nyaris hanya ada arloji “made in
Swizerland.” Jam tangan buatan Swiss itu menguasai market share di atas
60 persen. Tetapi tahun 1980-an market share-nya tinggal 15 persen
Pada
tahun1970-an , dunia hanya mengenal film roll merek Kodak dan Fuji. Kini Kodak sudah tiada, sedangkan Fuji berevolusi ke dunia
digital (lab, health, dan lain-lain). Beberapa tahun lalu, kita juga menyebut
Nokia sebagai “HP sejuta umat", tetapi minggu lalu kita mendengar divisi
handset Nokia diakusisi Microsoft.
Apa yang tengah
terjadi dengan Strong Brand itu? Bukankah di Indonesia juga ada ribuan strong
brand yang tinggal kenangan?
Ketika
berhadapan dengan menurunnya Revenue from Sales, biasanya eksekutif
mempersoalkan marketing. Yang satu mengutak-atik branding, yang lain membongkar
sales, komisi penjualan, packaging dan seterusnya. Padahal masalahnya bisa jadi
bukan di situ. Masalahnya bukan inside the “odds”, melainkan sesuatu
yang telah berubah.
Nokia
Siapa yang tak kenal Nokia? Selain pernah menjadi sahabat banyak orang di sini, Nokia adalah Harvard business case study yang sangat menarik. Ia beralih dari merek sepatu menjadi ponsel dengan pendekatan “human touch” dan “connecting people.” Bentuknya jauh lebih fashionable daripada pesaing-pesaingnya: Motorola atau Ericsson.
Nokia
Siapa yang tak kenal Nokia? Selain pernah menjadi sahabat banyak orang di sini, Nokia adalah Harvard business case study yang sangat menarik. Ia beralih dari merek sepatu menjadi ponsel dengan pendekatan “human touch” dan “connecting people.” Bentuknya jauh lebih fashionable daripada pesaing-pesaingnya: Motorola atau Ericsson.
Dari Nokialah,
di Harvard, para eksekutif belajar cara membangun keunggulan daya saing. Ya
daya saing perusahaan, daya saing negara (Finland), hingga bagaimana policy
makers membangun kluster, industri-industri pelengkap dan kebijakan yang pro-business
sehingga menciptakan lapangan kerja yang produktif dan kreatif. Kita berpikir,
sekali daya saing didapat maka dengan prinsipitu akan di dapat sustainability.
Dan itu artinya kesejahteraan.
Tetapi minggu
lalu, Microsoft mengakusisi divisi handset Nokia dengan nilai 7,2 miliar dollar
AS. Para investor bereaksi negatif, karena
keduanya, baik Microsoft maupun Nokia, sama-sama sedang berada dalam kubangan
kesakitan. Semua orang tahu, penjualan PC dunia sedang drop, sehingga Microsoft
perlu beralih ke bisnis mobile devices. Artinya industrinya sendiri tengah
berubah.
Namun Nokia
sendiri seperti juga tengah berada dalam kubangan kesulitan yang sama. Global market
share –nya mengerucut, tinggal 15 persen. Ketika kesulitan terjadi,
eksekutif Nokia melakukan hal serupa seperti perusahaan-perusahaan lainnya:
Mengutak-atik keunggulan brand-nya. Mereka lalu menjalin hubungan dengan
Microsoft, yang tertarik menggunakan software windows phone. Tetapi
solusi ini keliru. Brand Microsoft tak mampu membuat Nokia lebih baik. Pasar
telah beralih ke Android dan Nokia selalu terlambat menanggapinya. Bagi
sebagian besar analis, akuisisi ini juga tak mampu menjadikan Microsoft seperti
Apple yg telah terlanjur memiliki loyalis dalam kategori mobile devices.
Kekacauan
seperti di Nokia juga pernah terjadi di Kodak beberapa tahun yang lalu, tak
lama setelah masa-masa sulit industri roll film di 1970-1980 an yang terjadi
akibat kenaikan harga perak (bahan baku
processing lab photography yang penting). Kendati di tahun
1980an harga perak telah kembali stabil, eksekutif Kodak memilih duduk manis. Padahal
pada tahun 1980-an Sony mulai menjelajahi kamera digital, dan Fuji segera
menangkap peluang itu.
Di bawah Minoru Onishi, Fuji menambah dana riset untuk
teknologi digital. Pada tahun 1999, total investasi risetnya di area ini
mencapai 2 miliar dollar AS. Sehingga pada tahun 2003, mereka telah memiliki
lebih dari 5.000 digital processing labs. Mereka juga menjelajahi dunia kesehatan (rontgent), office
automation, dan manufactur untuk floppy disk.
Bagaimana
reaksi Kodak? Kodak masih berkutat di seputar marketing: branding, location,
pricing, packaging, advertising dan seterusnya. Ketika Fuji telah menguasai
digital lab processing, Kodak baru memiliki beberapa puluh unit saja. Inilah awal
kemunduran Kodak, dengan resiko brand yang kuat pun bisa mati kalau
hanya menjalankan marketing strategy saja. Sales drop bukanlah
melulu akibat marketing salah, melainkan sesuatu telah berubah.
Reaksi serupa juga terjadi di Modern Group, distributor
tunggal roll film Fuji di sini. Modern Group juga mengalami kesulitan ketika
bisnis roll film tak lagi digemari pasar. Sales revenue nya dalam bisnis ini
drop dari Rp 2 triliun (2002) tinggal menjadi hanya Rp 212 miliar (2010) dan
terus merosot. Beruntung mereka segera beruba. Di bawah Henry Honoris, Modern
Grup menjelajahi dunia baru dengan bussines model 7 Eleven yang sama sekali
baru, yang dilengkapi dengan fasilitas nongkrong anak muda. Bisnis inilah yang
kini menyelamatkan Modern Group.
Analisis Industri
Analisis Industri
Kebanyakan kita umumnya belajar marketing dari
tokoh-tokoh lama yang mengedepankan pentingnya mengeksploitasi keunggulan-keunggulan
dan keunikan-keunikan diri. Dengan analisis industri model Five-forces, kita
menjadi yakin bahwa competitive advantage perlu terus diperkuat dengan
hal-hal strategis di dalam brand itu.
Tetapi di awal
abad 21, business landscape telah berubah total. Analisis industri yang
dulu kita lakukan dalam masing-masing industri telah berubah. Para
pelaku perubahan tak lagi bermain dalam area yang sama, sehingga persaingan
sudah berubah menjadi antar industri, bahkan antar business model. Dalam buku
Cracking Zone, saya memperkenalkan kategori baru dalam inustri yang saya sebut
sebagai Cracker, yang artinya orang-orang yang memperbaharui industri.
Nah bila, wabah
crackership sudah melebar kemana-mana, competitive advantages
jelas menjadi persoalan baru dan marketing tidak bisa lagi berjalan sendiri.
Bahkan strong brand bisa saja tiba-tiba beralih menjadi problematic
brand. Apalagi bila eksekutif puncaknya sudah terlalu dimanjakan oleh
berbagai fasilitas yang membuat mereka merasa nyaman.
Mereka akan
sangat mudah digoyang para business-modelist baru yang tiba-tiba
merampok keunggulan mereka. Itulah yang tengah terjadi di hampir semua industri dan
melahirkan teori transient dalam analisis industri baru.
Editor
: Erlangga Djumen
Friday, July 12, 2013
Entrepreneurship,
Sales and Marketing Strategy
0
comments
Marketing Ala Zombie
Saat ini di jaringan
bioskop sedang diputar Film “World War Z” yang menceritakan bagaimana Brad Pitt
bertarung dan berjuang menyelamatkan keluarganya dari serangan para zombi.
Artikel ini tidak akan menceritakan bagaimana jalan cerita film itu atau
menerangkan panjang lebar apa itu zombi. Melainkan, saya menuliskan
beberapa perilaku zombi dalam film tersebut yang bisa kita pelajari sebagai taktik dalam
bidang pemasaran.
Berikut ini beberapa perilaku zombi dalam
mengejar targetnya:
1. Pandangan Mata Fokus Pada Target
Orang Marketing , harus menjaga mata dan telinga tetap terbuka agar dapat ‘menerkam’ target dengan tepat. Pada awalnya , anda bisa mentukan target berdasarkan usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan tingkat pendidikan. Kemudian perlu juga diketahui hal-hal seperti : bagaimana sikap , minat, hobi, dan gaya hidup Sang Target.
Setelah menentukan
target, langkah berikutnya adalah untuk menemukan mereka:
a. Pasang radar pada pesaing dan lihatlah siapa target mereka. PERINGATAN: jangan
ikuti langkah dan cara mereka bermain, karena
mereka dengan mudah bisa mengalahkan anda. Misalkan mereka memberikan diskon, anda malah
membanting harga. Jika kompetitor lalu memberi diskon lebih rendah maka habislah anda.
b. Rajinlah meng up-to-date wawasan, pelajari
kecenderungan terbaru Sang Target serta bagaimana tren bisnis terbaru.
c. Tunjukkan sisi kemanusiaan Anda dengan melibatkan Target
dalam diskusi facebook dan tweeter. Kesampingkan dahulu “sisi sales” anda agar bisa terhubung secara personal dengan Sang
Target. Dengan adanya personal relationship maka Target akan lebih terbuka,
sehingga Anda bisa mendapat input yang membangun untuk produk/jasa yang anda
jual. Keuntungan lain yang akan bisa didapatmelalui cara ini adalah secara
tanpa Target sadari, awareness terhadap produk/jasa anda terbangun.
d. Bergabunglah bersama Google. Google sebagai search engine terfavorit
di dunia akan membantu Anda menganalisis dan mencapai ceruk produk/jasa Anda.
Mulailah dengan Google Alerts untuk tetap memantau target , pesaing dan
industri bisnis Anda
2. Jangan Hanya “Menggeram” Sendiri.
Saya agak kesulitan
mencari kata yang menggambarkan suara ‘teriakan’ zombi, jadi mohon terima saja
istilah “menggeram”.
Banyak pebisnis memiliki kecenderungan untuk bersikap ‘ jaim’ dan
eksklusif , seolah-olah mereka adalah bagian masyarakat tersendiri. Namun, Marketer akan melakukan yang
sebaliknya. Mereka berprinsip “Menjalankan
bisnis kecil tidak berarti jangkauan harus kecil.” Berbeda dengan monster lain yang selalu
mengisolasi diri, zombi akan berkeliaran menularkan pengaruhnya.
Berikut ini 2 cara
cepat “menulari” Target anda:
a. Berikan manfaat bagi Target anda. Anda bisa menulis
tips, artikel atau melakukan hal-hal bersifat “sharing” lainnya. Pastikan apa
yang anda lakukan adalah hal-hal yang
sesuai dengan Target. Tentu anda tidak cocok memberikan tips memasak kepada
para mekanik, misalnya.
b.
Ikutilah pertemuan sosial . Tidak punya budget
khusus untuk melakukan pertemuan di dunia nyata? Lakukan pertemuan di
dunia maya. Misalkan buatlah coach-clinic online untuk
membahas hal-hal tertentu yang relevan dengan target anda. Atau Kultwit dengan hashtag tertentu sehingga bisa
menjangkau audiens yang lebih luas.
3. Milikilah
Senjata Canggih.
Untuk melumpuh zombi dibutuhkan parang
pemenggal kepala, granat di tangan kiri
ditambah pelontar api di punggung. Begitupun dalam strategi pemasaran anda. Anda
harus memiliki senjata yang canggih.
Email marketing, selebaran, Facebook, Twitter atau media sosial lainnya. Jika
memungkinkan persenjatai strategi anda dengan taktik yang lebih trendi :
Infographic dan web video.
Audiense akan lebih tertarik melihat iklan
dalam bentuk grafis yang bergerak dan bersuara
dibandingkan dalam lembaran-lembaran kertas berbentuk tulisan yang
panjang. Buatlah Video anda dengan judul
yang mengandung kata-kata yang atraktif. Daripada membuat video presentasi bergaya
“materi kuliah” akan lebih menarik jika video anda dibuat
dalam bentuk cerita “behind the scene”, bergaya interview, atau “product review.
Dalam laman Marketing online tersebut, berilah
kesempatan kepada audiens untuk berkomunikasi kepada anda melalui umpan balik,
me-“like” di facebook, me-retweet, atau berkomentar. Dan jangan lupa untuk
menanggapi setiap umpan balik itu, walaupun hanya dalam bentuk ucapan terima
kasih atas kunjungan mereka ke laman anda.
Facebook dan Twitter
pernah menjadi hal yang terbaru, sekarang, upaya pemasaran yang meluas ke
tempat-tempat seperti Pinterest, Vine, dan Instagram.
Dan
saat Anda untuk membaca kalimat ini, mungkin saja bayi media sosial baru telah
lahir. Dengan segala hal tersebut orang-orang akan saling terhubung dengan
cepat. Jika anda tidak melakukannya, maka kompetitor andalah yang akan
memanfaatkannya
4. Terimalah
Kenyataan Bahwa Dunia Kini Berbeda.
Zombi era internet digambarkan dalam film “World
War Z” sebagai zombi yang sangat
atraktif dalam mencari mangsa. Mereka tidak lagi bergerak perlahan setapak demi
setapak. Kini,mereka akan mengejar, melompat dan menyerang target yang
diincarnya. Begitupun dengan dunia
Marketing.
Apakah masih bertahan dengan gaya Marketing yang anda terapkan 5 tahun lalu? Tidak ada
salahnya, karena masih ada target pelanggan yang lebih menyukai cara-cara
tradisional bahkan masih ada yang menyukai gaya penjualan ‘door-to-door”.
Namun, jika ingin lebih cepat membidik target
yang lebih luas, maka anda harus menerima bahwa produk anda harus tampil 24/7.
Kapanpun pelanggan membutuhkan data produk tersebut , mereka akan mencarinya di
internet. Maka unggahlah
sebanyak-banyaknya dan sedetil-detilnya data
mengenai produk /jasa yang anda jual. Dan tidak ada salahnya juga mengunggah video
dan foto-foto produk serta kegiatan
usaha anda melalui Pinteres, Vine dan Instagram.
.Selalu up-date pengetahuan
Marketing anda, agar strategi yang akan anda jalankan tidak akan menjadi hal yang ketinggalan jaman.
---
Untuk dapet info Nastar dan Kue Kering Terenak sedunia, klik ini.
---
Untuk dapet info Nastar dan Kue Kering Terenak sedunia, klik ini.
.
Monday, April 29, 2013
Entrepreneurship,
Iklan,
Sales and Marketing Strategy
0
comments
Anda Akan Beriklan? Dengarkan “Pasar’
David Ogilvy, sosok yang dianggap Bapak Periklanan Modern mengatakan “ When I write an advertisement, I don’t want you to tell me thet you find it “creative”. I want you to find it so interesting that you buy the product”
Intinya, David Ogilvy ingin mengatakan bahwa misi sebuah iklan adalah menjual. Karena itu , sebuah iklan haruslah menjual, tidak cukup hanya indah, artistik dan memenangi banyak penghargaan. “If it doesn’t sell, it is not creative”lanjut Ogilvy.
Menurut Ogilvy, advertising yang oke adalah advertising that sells. Dan kreatif yang oke adalah creative that sells.
Saat menyiapkan iklan anda harus tahu apa yang dimaui oleh pasar, harus tahu apa yang diingini oleh pasar, dan dari keinginan pasar itulah kemudian dibikin kreatifnya. Pesan iklan haruslah bisa sampai dan dimaui target audiens. Maka anda harus mau mendengarkan pasar, menangkap kemauan pasar dan kemudian menerjemahkan kemauan pasar tersebut dalam konsep iklan yang pas.
Tidak ada gunanya iklan yang indah dan sangat kreatif, bahkan jika diikutkan kontes bisa memenangkah penghargaan, jika iklan tersebut tidak dilirik sekalipun konsumen dan menghasilkan penjualan.
Disamping mendengarkan maunya pasar, iklan anda juga harus menampilkan feature dan benefit yang menjadi unique selling dari produk yang diiklankan. Benefit yang paling mudah dikomunikasikan secara jelas kepada target pasar anda adalah manfaat fungsional (functional benefit) ketimbang manfaat emosional (emotional benefit).
Sebagai contoh iklan yang mengomunikasikan manfaat fungsional produk adalah iklan Adem Sari. Bintang iklan wanita ditampilkan sedang panas dalam tetapi tidak kunjung sembuh. Lalu temannya menunjukkan bahwa produk yang dikonsumsinya salah, karena minuman tersebut ‘hanyalah’ minuman segar dan cuma untuk mencegah panas dalam. Ini berbeda dengan manfaat yang ditawarkan Adem Sari yang dapat juga mengobati sakit tenggorokan, sariawan, bibir pecah-pecah, susah buang air besar dan gejala lain yang diakibatkan panas dalam.
Dalam contoh iklan ini, terlihat bagaimana gaya feature dan benefitdituangkan dalam iklan komparasi.
Masih ada saja biro iklan atau petinggi bagian promosi di perusahaan yang mengatakan bahwa hasil aktifitas promosi adalah awareness, image,atau paling top hanya membangun preference konsumen. Kalau sampai diberi tanggung jawab menjual, jawaban mereka “Entar dulu…. Cara paling tokcer untuk berkelit adalah mengatakan bahwa keberhasilan menjual tergantung pada kualitas produk, harga jual yang kompetitif atau ratanya distribusi.Promosi tidak mungkin atau tidak sanggup dibebani tugas sampai berhasil menjual.
Dalam pandangan saya, tidaklah cukup kalau kita “Cuma berjanji mendapatkan awareness, image ataupreference. Itu namanya mau cari aman doang.Yang dibutuhkan perusahaan adalah produknya laku dan terjual lagi, agar bisa jualan dan promosi lagi.
Promosi memang bukan hanya untuk PROMOSI. Promosi merupakan strategi penting untuk meraih keunggulan bersaing. Tidak hanya keunggulan sesaat melainkan keunggulan yang berkelanjutan. Dan harus dimulai dengan keberhasilan menjual.
Friday, April 26, 2013
Entrepreneurship,
Sales and Marketing Strategy
0
comments
Kunci Sukses Usaha : BERANI BEDA
Ego menjadi seorang pewirausaha adalah menciptakan sesuatu yang fresh, yang belum pernah dilakukan orang lain. Tapi, ini bukan soal gampang. Tantangannya cukup sulit: harus selalu punya gagasan yang kreatif. Mampukah Anda? Pasti mampu, asalkan Anda mau melatih kreatifitas Anda terus-menerus.
Do what you love. Tak hanya dalam karier, prinsip ini pun harus, tidak bisa tidak, diterapkan saat berbisnis. Produk hasil karya Anda harus ‘u-nique’. Maksudnya, produk itu ‘Anda banget’, harus mencerminkan passion Anda. Jangan sampai Anda bergelut dengan suatu bisnis hanya karena profit margin-nya tinggi. Tapi, menemukan bidang bisnis yang Anda sukai saja, juga belum cukup. Ada plusnya, yaitu harus berbeda dari bisnis yang sudah ada. Kalau hanya berbeda, tapi Anda tak suka, ini juga bahaya. Jadi, dua syarat ini harus dipenuhi.
Misalnya, Anda suka banget aksesori. Pokoknya, passion Anda ada di situ. Yang awalnya hanya berbisnis pakaian, Anda ingin mengembangkan sayap ke bisnis aksesori. Oke, mau aksesori yang seperti apa? “Hmm… yang persis seperti Elisabeth Wahyu gitu…,” demikian kata Anda. Nah… ini jebakan. Kalau hanya membuat produk yang sama persis dengan yang sudah ada di pasaran, kemungkinan besar akan terjadi perang harga. Ujung-ujungnya, Anda mungkin gulung tikar. Karena, kalau produknya sama, konsumen akan memilih yang sudah established, yaitu merek yang sudah lebih dulu dikenal.
Kreatifitas adalah salah satu modal utama dalam berbisnis. Mengapa? Pengalaman pengusaha sukses sudah membuktikan bahwa yang penting dalam bisnis bukanlah uang, melainkan kreatifitas. Idealnya, kreativitas itu menjadi budaya di semua bidang usaha, apa pun jenisnya. Dengan berpikir kreatif, hasilnya akan lebih baik. Tapi, jangan hanya menjadi berbeda. Berbeda itu harus ada alasannya, harus bisa dijelaskan. Tidak boleh bilang, “Ya, supaya beda aja.”
Misalnya, kenapa ada pengusaha yang berani menjual wagyu steak dengan konsep warung? Padahal, secara teori, wagyu yang tergolong produk mahal harusnya hanya bisa ditemukan di tempat mahal pula. Alasannya, yang dijual kenikmatan menyantap daging wagyu yang empuk. Selain itu, agar bisa menjangkau lebih banyak konsumen.
Kreatifitas dalam bisnis perlu diterapkan dalam berbagai aspek. Tak hanya dari segi produk. Mulai dari lokasi, promosi, CSR, hingga SDM perlu dipikirkan secara kreatif. Membuka tempat makan, misalnya, tak harus menempati food court sebuah mal ternama. Di bengkel cuci mobil (saat malam hari tentunya dia tutup), juga bisa. Soal promosi, dulu Martha Tilaar tak langsung bisa pasang satu halaman iklan di harian ternama. Awalnya, dia mendekati agen koran dekat lokasi salonnya, lalu menitipkan flyer untuk diselipkan di dalam koran.
Dalam hal servis? Bisa juga.Ada sebuah toko sepatu online yang konsepnya mirip Amazon.com. Bedanya, ketika konsumen merasa tidak puas saat menerima sepatu pesanannya, ongkos kirim ditanggung oleh toko. Pengusaha sepatu itu memahami bahwa konsumen punya rasa khawatir, bagaimana jika sepatunya tidak cocok. Sebab, biasanya membeli sepatu kan harus dicoba terlebih dulu. Lalu, ongkos kirim diambil dari mana? Dipotong dari biaya marketing.
Dalam hal servis? Bisa juga.
Soal jam buka saja, Anda bisa kreatif. Di Yogyakarta, siapa, sih, yang tak mengenal gudeg. Saat malam tiba, di sepanjang Jalan Malioboro, banyak sekali penjaja kaki
Dan… kreatifitas ini tak hanya untuk segelintir usaha saja. Pada dasarnya, setiap bisnis adalah bisnis kreatif. Bukan hanya industri kreatif saja yang harus kreatif. Bahkan, bank yang punya banyak regulasi ketat, bisa, kok, menjadi kreatif. Misalnya, di bidang CSR (Corporate Social Responsibility).
Subscribe to:
Posts (Atom)