Showing posts with label Sales and Marketing Strategy. Show all posts
Showing posts with label Sales and Marketing Strategy. Show all posts
Thursday, April 4, 2013 0 comments

Ingin Produk Anda Sukses di Pasar? Perhatikan Kemasan






Anda ingin produk anda dapat bersaing di pasar? Perhatikanlah desain kemasan dan logo. Kedua hal tersebut harus menarik dan juga harus mengesankan memberikan energi positif. Kemasan yang baik dan mudah diingat akan menjadi salah satu faktor loyalitas konsumen anda.

Menurut Dody Achmad Sagir, dosen Desain Komunikasi Visual ITB. “Desain kemasan menjadi kulminasi desain, agar produknya unik juga menarik. Kemasan berbicara sebagai iklan, misalnya produk minuman bersoda, dengan logo merah putihnya orang-orang sudah tahu bahwa itu produk Coca Cola,”.

Kemasan yang sukses dari suatu produk adalah hasil perkawinan antara pemikiran marketing (konten) dengan desain (konteks). Selain itu perlu juga memasukkan cerita atau membuat kemasan yang menarik dalam suatu produk akan memberikan nilai tambah. Kualitas bagus saja tidak cukup, karena dapat dikejar atau ditiru kompetitor.

Konten dan konteks adalah bagaimana memasukkan cerita atau sisi emosional dalam suatu produk dengan kemasan yang menarik. Contohnya adalah kesuksesan Dimas Ginanjar Merdeka, pria di balik penjualan keripik pedas Maicih yang fenomenal.

Maicih digambarkan sebagai sosok nenek yang akrab, hangat, ramah dan penuh senyum mewakili karakter orang Sunda. Dengan ide kreatif ini, ia membangun awarenessdengan metode pemasaran di sosial media, produknya pun berhasil menjadi buah bibir di Twitter.

“Semuanya berawal dari karakter fiktif yang saya ciptakan bernama Maicih. Ia adalah seorang wanita pembuat keripik pedas tradisional yang dikenal dengan level kepedasan dan varian yang beragam. Dibangun dengan konsep keluarga, Maicih menyebut para distributor dengan ‘anak emak’, lalu para konsumen disapa ‘incu emak’,” jelas Dimas.

Konsep storytelling ini ternyata sangat berhasil mencuri perhatian masyarakat. Bayangkan, hanya dalam waktu 1,5 tahun, pria yang akrab disapa Bob ini mampu meraih omzet Rp7 miliar/bulan! Dua tahun berjalan, bisnis camilan yang menggunakan label gambar nenek tua berkonde ini pun ‘naik kelas’.

Memasuki bulan Juli 2011, logo ‘si emak’ yang sebelumnya menghadap samping, kini berubah menjadi hadap depan, kemasannya pun berubah demi menjaga kelestarian alam.

“Logo baru kami menampilkan sosok emak menghadap depan dengan senyum sumringah, artinya si emak sudah enggak malu-malu lagi. Sekarang Maicih juga sudah mencapai posisi premium dengan desain kemasan brown bag yang eksklusif dan ramah lingkungan, selain itu kami juga telah mengantongi sertifikat halal dan izin Dinas Kesehatan,” tutur Dimas mengakhiri kisahnya.






Monday, April 1, 2013 0 comments

Mental Mercusuar Pebisnis Fashion


Bukan cuma kreatif dan inovatif, pengusaha fashion juga perlu belajar banyak dari sekelilingnya. Toby Meadows (Direktur Three’s Company Creative Consultancy) dalam Acara Wanita Wirausaha Femina mengatakan pengusaha fashion perlu melakukan riset dan comparative shopping dengan pesaingnya. Tapi di satu saat, mereka harus dapat berdiri tegak di atas batu, fokus pada diri sendiri, dan berkata, “This is me, this is what I do, this is what I’m good at.” 

Banyak dari pebisnis fashion tidak berlatar belakang fashion atau bisnis. Bagaimana masa depan mereka?
Ada kemampuan yang diberikan secara turun-temurun, dan berhasil. Tantangannya, mampukah mereka membawanya menjadi produk unggulan dan mengembangkannya? Inilah hal-hal yang diajarkan di sekolah fashion. Sementara bisnis adalah jembatan untuk mengembangkan produk fashion. Tapi, jangan lupa, ada kelompok pebisnis yang mampu membaca tren tanpa belajar. Mereka inilah yang berbelanja di Bangkok untuk dijual kembali. Mereka mampu menentukan tidak mau membeli barang A, tapi barang B, dan menghasilkan banyak uang. Jadi, tidak ada salahnya mencoba, melihat peluang dan membuatnya berhasil. 

Jangan fokus pada pesaing, fokuslah pada diri sendiri. Pendapat Anda?
Setuju 100%. Anda dapat belajar dari pesaing ketika Anda baru akan memulai bisnis. Belajarlah dari kesalahan mereka, dari produk mereka. Tapi, ketika Anda masih terus menoleh ketika bisnis Anda telah berjalan, di saat itulah Anda berhenti jujur pada diri sendiri. Karena,  tiap label memiliki pesan tersendiri. Milikilah mental mercusuar. Mercusuar dibangun di atas batu. Dia diam tak bergerak, tapi cahayanya memberi arahan bagi banyak kapal. Seperti itulah label yang harus Anda bangun. Kepribadian yang berbeda dapat menghasilkan produk yang inovatif.

Contoh menarik dari pernyataan tersebut adalah produk tas laptop bernama Knomo. Pendirinya adalah pengacara, bankir, dan seorang advertising executive. Mereka mengawalinya dengan konsep bisnis murni, yaitu mengisi kekosongan pasar tas laptop. Mereka membangun infrastruktur dengan kuat, dan menciptakan produk klasik yang tidak terpengaruh fashion. Baru setelah label ini berkembang, mereka menggunakan jasa desainer. Saat ini mereka telah memiliki 800 outlet di seluruh dunia.

Apa yang membuat sebuah produk gagal di pasaran?
Salah satunya pilihan model bisnis yang salah. Saya percaya, apa pun hasil karya seorang desainer, pasti ada orang yang akan membelinya. Tapi, pertanyaannya, berapa banyak dan di mana. Jika ada seribu konsumen dalam radius 1 mil, maka logikanya Anda perlu membangun sebuah toko. Tapi, jika konsumen ada 1 di Jepang, 1 di Paris, dan 1 di London, pastinya tak perlu membangun sebuah toko. Anda perlu membuat target melalui media sosial. Sebaliknya, jika ada tuntutan konsumen secara global, pilihannya adalah wholesale. 

Kapan sebuah label siap menembus pasar internasional?
Anda telah memiliki infrastruktur yang tepat, serta mampu memproduksi dengan kualitas, harga, dan waktu yang tepat. Materi marketing dan website Anda pun mengirimkan pesan kesiapan tersebut. Satu yang terpenting, ada tuntutan dari luar. Singapura, Seoul, Shanghai, mengatakan, mereka menanti produk Anda. Tapi, menurut saya, lebih baik fokus pada pasar lokal karena jumlahnya besar. Itu juga yang menjadi alasan label-label internasional berebut masuk ke Indonesia. Mereka menginginkan pasar Anda. Satu hal yang saya sukai dari pasar Indonesia, mereka memiliki loyalitas terhadap label lokal. Itu tidak terjadi di negara lain. Isilah kesempatan itu, karena kalau tidak, kami yang akan mengambilnya. 

0 comments

Agar Tetap Bertahan di Pasar Retail


Apakah dengan masuk ke perusahaan retailer yang tepat, maka produk kita akan otomatis laku keras dan mampu bertahan? Tentu saja tidak. Dibutuhkan strategi lain yang mendukung majunya penjualan. Salah satunya, kemampuan untuk menata produk dengan menarik. Display yang bagus mampu menarik perhatian pengunjung department store untuk melirik produk kita yang berada di antara produk-produk sejenis. Dan jangan segan mewujudkan display yang sejalan dengan tema toko. 

Dalam menyambut perayaan tertentu (Occasional)biasanya, buyer akan memberitahukan temanya, lalu usahakanlah mewujudkannya. Misalnya pada produk Bedding, Buyer menginginkan dibuatkan sebuah kamar mungil. Berarti, mulai dari tempat tidur anak hingga drawer dipersiapkan. Lalu dihias dengan bedding dan lampu meja yang serasi sehingga tercipta suasana kamar yang cantik.. Namun untuk hari biasa, cukup letakkan keranjang kecil berisi produk mungil, seperti handuk kecil yang harganya relatif murah, di bagian depan counter-nya untuk menarik minat konsumen. 

Selain itu, pengusaha juga harus mengerti keinginan pasar yang terus berubah. Tak ada salahnya membuat kreasi lain di luar produksi kita yang utama. Misalnya, ketika  diminta membuat produk baru menyambut Ramadan dan Idul Fitri.

Untuk eksklusivitas, yang umumnya diminta oleh pihak perusahaan retail besar, buatlah model yang berbeda dan hanya bisa didapatkan di department store yang bersangkutan. Jangan ragu untuk sering melakukan survey terhadap trend terbaru , hal ini tentunya memberikan nilai tambah karena kita menjadi lebih paham tentang produk apa yang layak kita keluarkan untuk musim berikutnya.  
  
Meletakkan produknya di sebuah retailer besar bukan berarti  akan langsung mendapatkan keuntungan berlipat ganda. Produk itu hanya dipajang. Kita butuh orang untuk menawarkannya. Itulah mengapa SPG (sales promotion girl) menjadi ujung tombak  dalam berjualan.
Karena tak semua retailer besar menyediakan SPG, tak jarang para pemilik produk harus mencarinya sendiri.  Tentu SPG yang dipilih harus  sesuai dengan kriteria dari retailer tempatnya bekerja sama. SPG juga harus menginformasi tentang stok barang yang habis. Dan mereka juga harus dibekali pengetahuan tentang produk..

Bagaimana dengan produk di department store yang belum terjual? Ada berbaga cara yang berbeda-beda untuk mengatasinya.Salah satunya tarik kembali produk tersebut, lalu jual lewat online dengan potongan harga. Atau dengan menggelar big sale di showroom masing-masing.
1 comments

"Products Desire" Bukan Lagi "Needs"

Toby Meadows adalah sebuah brand. Ia adalah orang di balik kesuksesan label-label fashion ternama dunia, mulai dari high-street hingga high-end. Bukunya, Memulai dan Menjalankan Sebuah Label Fashion (PT Gaya Favorit Press, November 2012), telah diterjemahkan dalam 6 bahasa dan menjadi international best-seller. Buku tersebut bahkan menjadi buku wajib para siswa di beberapa sekolah mode ternama. 

Selain seorang penulis laris, pria asal Inggris ini adalah pendiri sekaligus direktur Three’s Company Creative Consultancy, kumpulan para profesional yang menyediakan layanan kreatif dan bisnis dalam industri fashion. Toby juga direktur label pakaian wanita asal Inggris, Belle & Bunty, yang menjadi favorit selebritas dunia, seperti Victoria Beckham dan Lindsay Lohan.

Kehadirannya di Jakarta Fashion Week  (3-12 November 2012) sebagai ‘pencari bakat’ di industri fashion Indonesia telah membuka jalan bagi beberapa desainer muda untuk melangkah ke kancah internasional. Tapi, ia berkata, “You don’t have to rush, ‘jump on a plane’ when you have 250 million customer here. If you don’t take that customer, we will.”

Berbisnis pakaian jadi terlihat mudah. Namun, seberapa besar kesempatan Anda untuk dapat berkembang menjadi produk dengan label yang kuat? Apa pilihan Anda? High end design, niche market, atau hanya mengejar volume penjualan? Menurut Toby, jika Anda menyebut fashion adalah passion Anda, maka lakukan apa pun dan jangan memberinya kesempatan untuk gagal. 

Ketika kita mulai berbisnis fashion, apakah membuat label adalah hal yang perlu dipikirkan?
Tidak selalu perlu. Dalam piramida pakaian terdapat beberapa kebutuhan: haute couture, ready to wear, dan lapisan terbawah sekaligus terbesar adalah mass market. Lapisan terbawah ini menyediakan produk yang dibutuhkan konsumen. Anda bisa membeli produk murah dari Bangkok atau Hong Kong, lalu dijual kembali. Sulit untuk menciptakan sebuah label dari produk murah yang dijual kembali. Saya tidak akan menyebutnya fashion. 

Melihat pasarnya yang cukup besar, apakah pilihan bisnis mass market ini akan bertahan?
Saat ini pasarnya mungkin besar, tapi dalam 5-10 tahun akan menurun. Di Inggris, Anda akan melihat, label-label high-street mendominasi pasar. Mereka menawarkan harga murah, bahkan mungkin lebih murah dari produk mass market. Dengan desain yang baik dan mengikuti tren, label ini akan membunuh pasar tersebut. Saya mengerti besarnya peluang bisnis di mass market. Tapi, jika Anda tidak puas dan ingin lebih, itu pertanda baik, karena saya melihat potensi desainer muda Indonesia yang mampu membuat produk dengan kualitas sama seperti produk yang mendunia. 

Apa kunci membangun label yang berumur panjang? 
Terlalu banyak orang berpikir, saya suka pakaian, maka itulah passion saya. Tapi, menjadi seorang desainer dan membangun label lebih dari itu. Anda harus mengerti riset, tren, distribusi, juga mengerti bagaimana mengembangkan produk. Jadi, passion harus berjalan bersama bisnis. Anda harus bisa mengidentifikasi kekurangan Anda, dan memiliki kemauan untuk mengisi kekurangan itu dengan pengetahuan. 

Apa yang diinginkan konsumen saat ini?
Ketika Anda membeli produk dari Bangkok, Anda sadar bahwa kebutuhan akan produk murah itu ada. Tapi, dengan meningkatnya jumlah kelas menengah di Indonesia, bertambah pula jumlah uang yang mereka miliki. Selanjutnya yang mereka beli adalah keinginan (desire). Orang rela mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli produk yang diinginkan. Desainer muda Indonesia kini sudah banyak yang menciptakan desain yang tak hanya produk kebutuhan (needs), tapi sudah mengedepankan unsur desire.





0 comments

Mencari Celah Pasar

Sebagai tempat tinggal bagi 230 juta penduduk, Indonesia menjadi pasar yang potensial bagi bisnis retail modern. Tengok saja, sejak sepuluh tahun belakangan berbagai retailer dengan format hypermarket, supermarket, minimarket hingga department store menjamur. Ditambah lagi pembangunan pusat perbelanjaan berkembang pesat, tidak hanya di kota besar, tapi juga di daerah. Semua itu tentu  tak terlepas dari daya beli masyarakat yang meningkat, serta pola hidup masyarakat yang mengutamakan kenyamanan dan kepraktisan dalam berbelanja.

Jeli melihat peluang bisnis tersebut, tiga wanita muda ini gigih berusaha menembus pasar retail. Mengedepankan produk yang unik dan berkualitas tinggi, mereka pun berhasil memasukkan produk mereka ke retailer besar.  

Harus gigih, berani, dan tak takut jatuh, itulah tekad yang dipegang Dinar Esfandiari Santoso (39) ketika mengembangkan bisnis pernik interior kamar tidur anak, Simply Idea, pada tahun 2005. Dinar melihat, bisnis hasil kolaborasi dengan dua sahabatnya, ini punya peluang bagus di pasar retail. “Kala itu, belum banyak produk bedding untuk anak buatan dalam negeri, apalagi yang hand made seperti produk kami,” kata Dinar,  yang mengaku mulai mengincar pasar retail setelah 6 bulan menjalankan bisnisnya. 

Berbekal keunikan produknya, ibu dua anak ini lantas memberanikan diri mengirim proposal dan contoh produknya ke sebuah department store terkemuka. Prinsipnya saat itu, toko besar pasti butuh produk, dan sebagai produsen tak ada salahnya ia menawarkan produk karyanya.  “Dalam pikiran saya, semua harus dicoba! Toh, yang terburuk, kalau produknya jelek, ya, ditolak,” katanya, tertawa. 

Tak disangka, Metro Department Store menyambut manis proposalnya. Pertengahan tahun 2005, produknya mulai dicoba untuk dipasarkan di department store ini, meski awalnya hanya sebagai produk undangan untuk mengikuti Metro Big Sale. Hingga akhirnya, pada April tahun 2006, produk Simply Idea mulai menghiasi beberapa gerai Metro di Jakarta.   

Keinginan yang sama untuk meluaskan pasar juga dirasakan oleh Dwi Arlina Avriliawati (41), pemilik fashion brand anak, Daradara. Kecintaannya pada kain batik serta kesenangannya mendandani anak perempuannya, Adara (10), membuat wanita yang akrab disapa Lia ini mencoba berkreasi dengan membuat rok tutu dari bahan batik. Ketika memulai usaha, tahun 2007, Lia hanya memasarkannya kepada teman dan keluarga. Ternyata, tanggapannya sangat baik. “Banyak yang memuji hasil desain saya, bikin saya percaya diri untuk berkreasi lebih banyak lagi,” katanya. Untuk menyikapi permintaan pasar, ia lantas memproduksi juga baju untuk anak dan remaja. 

Setelah Daradara berjalan selama 1,5 tahun dengan pemasaran melalui bazar dan toko online, Lia ingin mencari celah pasar baru untuk meluaskan penjualan produk Daradara. Wanita yang sempat bekerja di biro iklan ini pun melirik pasar retail yang menurutnya menjanjikan. “Bisa masuk ke department store berarti nama kita  makin dikenal, sekaligus menaikkan pamor,” katanya. Sebagai langkah awal, ia mengirimkan proposal ke Alun-Alun Indonesia. 

Berbeda dengan Ni Ketut Arysanti (35). Desain baju anak Canggu Kids miliknya ditaksir sebuah retailer besar yang membuka cabang di Bali. “Sebagai pengusaha baru, ajakan untuk bergabung dengan sebuah retailer besar tentunya sangat menguntungkan. Tak perlu modal besar untuk menguji penerimaan pasar terhadap produk yang kita buat, karena retailer besar bisa mendatangkan konsumen dengan sangat banyak,” kata wanita yang akrab dipanggil Arys ini. 

Meski akhirnya kerja sama tersebut  tak berjalan lancar, ia mengaku mendapat banyak pelajaran. Terutama, ketika menghadapi penjualan di pasar retail yang naik- turun. Dengan jumlah produksi yang sangat besar, tentunya angka kerugian akan lebih tinggi. Untuk itu, Arys tak mau asal memilih   retailer. “Kita harus tahu apakah segmen pasar dari perusahaan retailer tersebut cocok dengan produk kita. Karena, kalau tidak tepat, yang ada barang kita tidak akan terjual,” jelasnya. 

Pentingnya memilih perusahaan retailer yang tepat diakui pula oleh Lia dan Dinar. Lia misalnya, memilih Alun-Alun Indonesia bukan tanpa alasan. Menurutnya, produk Daradara yang berkreasi dengan keindahan kain lokal, tepat untuk dijual di Alun-Alun yang memiliki konsep sama. “Saya yakin, orang yang datang ke Alun-Alun mencari produk lokal bermutu. Dengan menempatkan barang di sana, saya akan menjangkau target market yang sesuai,” jelasnya. 

Sedangkan Dinar, mengaku  makin selektif setelah sempat gagal menjalin kerja sama dengan sebuah perusahaan retailer besar. Berdasarkan pengamatannya, hal tersebut terjadi karena konsep toko dan produknya jauh berbeda. Ketika akhirnya ia mendekati Mothercare untuk bekerja sama, semata-mata karena Dinar sudah yakin dengan konsep Mothercare yang memang ditujukan untuk anak-anak. 

Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah harga yang ditawarkan produknya harus sesuai dengan daya beli target market dari perusahaan retailer tersebut. “Dengan mengetahui kisaran harga produk kita, berarti kita telah membuat image untuk produk tersebut,” kata Dinar, yang sejak tahun 2009 membuat produk kelambu yang didesain khusus untuk Mothercare Indonesia.
0 comments

Strategi Tepat di Pasar Retail


Menurut Anskarina Christin, GM Marketing METRO Departemen Store, menghadapi pasar bisnis yang semakin kompetitif, perusahaan retail tentunya akan melakukan seleksi ketat untuk produk mereka. Begitu pula dengan METRO, produk yang bergabung dengan mereka tentunya produk yang dapat menjawab kebutuhan para pelanggan. 

METRO menerima sample produk dari vendor yang akan dilihat kelebihan dan keunggulannya. Apabila dinilai cocok dengan segmen dan bisnis, maka produk tersebut akan diproses untuk dilanjutkan ke tahap trial–temporary brand untuk diuji pada market. Meski dinilai sesuai, namun tak berarti vendor bisa langsung bergabung sebagai permanent brand counter. Masih ada hal lain yang dipertimbangkan, seperti komitmen vendor, kesepakatan dalam hal pembayaran, serta kemampuan untuk memiliki strategi pemasaran untuk membantu mempromosikan produk dari brand mereka. 

Kompetisi dalam industri ritel sangatlah ketat. Agar dapat masuk dan bertahan, Anskarina menyebutkan tentang empat hal yang harus dimiliki oleh seorang produsen, yaitu:

1. Selalu menghasilkan produk berkualitas yang sesuai dengan harga yang ditawarkan sehingga konsumen merasakan barang tersebut value for money.
2. Kapasitas produksi yang baik sehingga barang mampu tersedia secara kontinyu.
3. Konsep produk dengan ciri khas tersendiri yang menjadi kelebihan dan membedakannya dengan kompetitor. Sehingga, akan membentuk persepsi pelanggan terhadap produk tersebut.
4. Produsen dituntut untuk selalu inovatif, kreatif & newness, menciptakan sesuatu yang baru mengikuti kebutuhan pasar dan menjadi tren terkini. Dalam industri ritel, semakin sering ada koleksi terbaru, maka akan semakin baik karena industri ini identik dengan impulse buying. Setidaknya setiap 3 bulan sekali koleksi terbaru haruslah tersedia. 

Kiat Sukses Retail!

“Memiliki variasi produk itu penting agar konsumen yang datang ke tempat kita tak hanya tertarik pada satu benda. Selera pasar yang selalu berubah harus disikapi dengan membuat inovasi produk serta penawaran produk baru secara berkala, misalnya tiap sebulan sekali.”  
Dinar Esfandiari Santoso, pemilik Simply Idea

“Mulailah mempelajari sistem administrasi yang ada. Umumnya, tiap retailer memiliki sistem yang berbeda-beda. Jangan mudah tergoda oleh tawaran yang besar. Penting untuk memperhatikan kontrak perjanjian  agar kerja sama  berlangsung lancar. Menjalin komunikasi yang baik akan membawa kita pada penyelesaian masalah yang win-win solution.
Ni Ketut Arysanti, pemilik Canggu Kids

“Menjaga hubungan baik dengan retailer dan para konsumen. Salah satu caranya dengan mendukung kegiatan sale. Lewat sale, kita bisa memanjakan konsumen dan membuat mereka mengenal produk kita. Sedangkan  untuk retailer, kita mendukung program mereka.”  
Dwi Arlina Avriliawati, pemilik Daradara

Wednesday, July 4, 2012 0 comments

'Ngerasani : Adalah Cara Tercepat Menghilangkan Pelanggan


Dalam berinteraksi dengan  masyarakat sekitar  seringkali ada hal-hal yang menjadi ganjalan hati namun sulit diungkapkan secara terang-terangan. Entah karena kita merasa sungkan, malu atau  karena terlalu sebal sehingga enggan untuk berurusan lebih jauh. Namun, sebagai makhluk yang  memiliki kebutuhan untuk selalu berkomunikasi dan bersosialisasi maka tak jarang ketidak sukaan tersebut akan kita ungkapkan kepada objek yang tidak berhubungan dengan pelaku penyebab kesebalan kita. (Kalau istilah saya adalah “orang yang kena getahnya” .). Atau bisa juga ketidaksukaan tersebut kita ungkapkan dibelakang punggung pelaku. Dalam bahasa Jawa  disebut “Ngerasani”

Saya yakin hampir semua manusia pernah ‘ngerasani, termasuk saya sendiri. Berdasarkan pengalaman  saya (hehehe...jadi malu..)  ada perasaan “puas” ketika selesai mengungkapan hal jadi yang ganjalan dihati. “Kepuasan” tersebut timbul karena kita sudah menyalurkan emosi dan perasaan negatip lainnya.  Namun, anehnya  akibat ‘ngerasani  akan timbul ‘ganjelan hati’ lainnya.  Karena jauh dilubuk hati, kita tahu bahwa dalam pandangan sosial dan agama perbuatan ‘Ngerasani’ adalah tidak baik. 

Complicated yah.  Susahnya jadi manusia.

Meskipun kadang saya me-rasani , tak jarang juga saya menjadi korban yang di-rasani.Percayalah, sangat tidak enak. Saya menjadi merasa berada jauh diseberang pelaku rasan-rasan, meskipun bisa jadi semenit sebelumnya saya merasa sangat dekat dengan mereka (karena pasti percakapannya diantara 2 orang atau lebih), saya merasa jadi korban , dan seterusnya dan seterusnya. Akibatnya, setelah tahu pernah dirasani saya akan menjauh dari orang tersebut.  

Contoh kejadiannya begini, saya pernah diundang oleh salah satu supplier untuk menghadiri seminar tentang perkembangan teknologi terkini dibidang proses kimia. Karena memang materi yang akan disajikan sangat berhubungan dengan bidang usaha , maka dengan semangat 45 saya menghadiri acara tersebut. Selesai acara seminar sesi I, karena masih sangat penasaran dengan materi yang disampaikan, maka saya mengajak pemateri untuk berdiskusi lebih lanjut ,apalagi pemateri adalah orang yang cukup mumpuni dibidangnya. Ditengah diskusi, salah satu panitia memotong percakapan kami dan mempersilahkan kami masuk ke ruang lain dikarena acara akan dilanjutkan presentasi produk. Ketika saya akan masuk ke ruangan acara tiba-tiba saya mendengar percakapan bisik-bisik yang intinya meragukan kemampuan perusahaan kami menghandlekecanggihan produk tersebut.

Meskipun saya tetap mengikuti seminar sampai akhir (alasannya karena saya merasa sayang, sudah datang jauh-jauh tidak dapat tambahan ilmu dan apalagi kelihatannya menu makan  siangnya enak dan gratis) namun ada tekad didalam hati kami tidak akan memakai produk perusahaan tersebut, termasuk untuk produk lain yang sudah kami order rutin sebelumnya. Toh, kompetitor mereka pasti ada.

Saya marah?

Ya, karena meskipun mungkin benar penilaian si pelaku rasan-rasanbahwa teknologi tersebut adalah mahal buat kami, tapi yang membuat saya marah adalah ia menyampaikannya dibelakang punggung kami. Yang terluka adalah harga diri . Seandainya ia secara terbuka menyatakan harga sekian juta rupiah, maka mungkin yang akan meyatakan bahwa harga tersebut mahal dan kami tidak sanggup dengan level harga tersebut adalah kami sendiri. Selesai. Tidak ada sakit hati. Dan bisnis diantara kami akan berjalan seperti biasa.
Wednesday, February 1, 2012 0 comments

Diferensiasi : Antara Tek-tek dengan Dhog-dhog



Kadang-kadang saya mengambil cuti dari jabatan Super Chef dirumah, namun agar ketahanan pangan tetap terselenggara dengan baik saya sering menawarkan pengganti menu nasi dan lauknya dengan Mie Goreng, karena –menurut versi saya yang bukan ahli gizi- kandungan gizi mie goreng lumayan lengkap. Ada karbohidrat dari mie, ada lemak dari tumisan, ada protein dari suwiran ayam dan telor , ada sayuran dan ada vitamin C dari cabenya…Hehehe.
Jika menu mie goreng tersebut saya tawarkan kepada 2 anak ABG saya, (kembar namun selalu ingin tampil beda), maka jawabannya, “Aku mau Mie Tek-tek soalnya crunchy “ kata yang sulung.
“Aku mau Mie Dhog-dhog” kata adiknya.” Lebih enak, nyemek-nyemek gitu deh…”
Istilah Tek-tek dan Dhog-dhog diambil dari bunyi alat yang dipukul si tukang mie ketika mengumumkan kehadirannya sepanjang gang depan rumah kami. Suara “Tek-tek” adalah hasil karya si tukang mie yang satu ketika memukul-mukul penggorenggan dengan sendok. Sedangkan “Dhog-dhog” adalah hasil kreasi bebunyian dari tabung bambu yang dipukul oleh tukang mie lainnya.
Yang kadang menyebalkan buat saya, karena saya harus lebih lama menunggu dan pasang kuping, kehadiran kedua tukang mie tersebut tidak pernah berbarengan,. Selalu ada jeda antara 30 menit hingga 1 jam diantaranya., seolah-olah mereka sudah membuat jadwal kedatangan sebelumnya. Namun, atas nama selera kedua buah hati saya , mau tidak mau saya tetap menanti kedatangan mereka.
Perbedaan selera inilah yang ditangkap dengan baik oleh kedua tukang mie tersebut. Materi jualan boleh sama : Mie Goreng, Nasi Goreng plus Mie Rebus. Peralatan sama : gerobak, kompor, penggorengan, sutil dan teman-temannya. Cara memasakpun sama : panaskan minyak sayur, tumis bumbu, masukkan kocokan telur, mie, sayuran dan seterusnya..dan seterusnya. Yang berbeda adalah waktu proses menggoreng mie. Pada tukang “Mie Tek-tek” waktu menggorengnya lebih lama dibanding tukang “Mie Dhog-dhog”.
Sedikit perbedaan cara memasak ini menciptakan perbedaan jenis konsumen. Sehingga masing-masing penggemar mereka rela menanti dengan harap-harap cemas kedatangan si Abang Mie Favoritnya.

Catatan : Jenis dagangan boleh sama, namun tentukan perbedaan dan keunggulan dibandingkan kompetitor.

Salam,
Rinny Ermiyanti Yasin
PT. Indonesia Harvest Chemical
PT. Harvest Chemical Solutions


Sunday, April 10, 2011 0 comments

Promosi Ala Jason

Copas dari Postingan lammmaa...

Kejadian ini bermula ketika secara tak sengaja aku berpapasan dengan tukang Mie Ayam keliling yang biasa beredar di depan rumah.
Siang itu, kulihat dia tengah berasyik masyuk di pinggir jalan,cekikikan sambil melihat sesuatu yang ada di tangannya. Bahkan saking asiknya, gerobak mie ayam itu ditinggalkannya begitusaja, seakan mengundang pemulung jail untuk mengangkutnya
Karena penasaran, diriku pun bertanya "Mas Jason (panggil saja demikian,karena dia sering dipanggil Son ama pelanggannya "Son.. mie ayamnya siji maning sooon.."), sedang apa kok asik bener di pojokan?" tanyaku
"Eh, mbak cantik...( satu hal yang aku suka dari Jason adalah : Orangnya suka bicara Jujur!), ini mbak, lagi update status!!..."
WADEZIG!!
"weehhh... njenengan fesbukan juga to??" tanyaku heran
"Ya iyalah mbak... hareee geneee ga fesbukan?!.. .Lagian kan lumayan juga buat menjaring pelanggan lewat fesbuk, kata pak Hermawan Kertajaya kan dalam berdagang kita harus selalu melakukan diferensiasi termasuk dalam hal pemasaran, mbak.." GLEK!! kalah gw. Gw yang sering naik Kereta ke jawa aja gak tau kalo ada yg namanya Hermawan Kereta Jaya
"emang mas statusnya apa?" tanyaku penasaran
"nih mbak aku bacain :Promo Mie Ayam, beli dua gratis satu mangkok, beli tiga gratis nambah kuah, beli empat gratis timbang badan... takutnya anda obesitas...segera saya tunggu di gang Jengkol, depan tengkulak Beras Mpok Hepi. Mie Ayam Jason : Melayani dengan Hati... ampela, usus dan jeroan ayam lainnya. ."
GUBRAK!!
Dua kosong untuk mas Jason...Gw yg udah lama fesbukan aja ga bisa bikin status se atraktif dia..
Tapi ada yg aneh pas kulirik ke henpon yang dia pake aku kira henponnya blekberi atau minimal nokia seri baru yang udah bisa pake internetan
Selidik punya selidik, ternyataa... henponnya lawas bin jadul...
HP yang masih monokrom, suara belum poliponik, dan masih pake antena
luar kayak radio AM
"mas, tapi kok bisa update fesbuk pake henpon sederhana gitu?(bahasa halusnya henpon lawas). Gimana caranya??
"Owwh.. gampang mbak, saya tinggal nulis statusnya lewat SMS lalu kirimke Tri? jawab dia datar
"Ohh.. mas nya pake Kartu Three ya? Yang gratis internetan itu?"
" Bukaaaan mbak, Tri itu lengkapnya Tri Ambarwati... Dia itu istri saya yang kerjaannya jagain Warnet 24Jam! Jadi kalo butuh update, tinggal sms dia aja nanti dia yang nulisin status saya, Lha wong dia tiap hari di depan komputer jagain warnet. Paling sebagai balesannya bos dia saya gratisin mie ayam seminggu sekali... murah to..."
Mendadak kepalaku pusing
Bagaikan menderita dehidrasi akut sekaligus hipotermia tingkat tiga, aku limbung mendengar jawaban spektakuler dari mas Jason...
BRUK!!
"lho mbak.. mbak... jadi beli mie ayam ndak...kepriben iki?"
Monday, October 25, 2010 0 comments

8 Alasan Mengapa Bisnis Baru Gagal di 5 Tahun Pertama?

Artikel ini sebagian diambil dari artikel yang ditulis oleh : Colin Dowie (lalu terjemahkan secara bebas banget ) dan sedikit ditambahi disana –sini oleh saya.

8 Alasan Mengapa Bisnis Baru Gagal di 5 Tahun Pertama?


Apakah anda tahu, 50% bisnis baru akan gagal dalam 5 tahun pertama? Bahkan  70% bisnis baru akan mengalami berbagai hambatan dalam 10 tahun pertamanya.

Penyebab kegagalan tersebut antara lain:

1. Kurangnya Pengalaman
2. Menggunakan dana perusahaan untuk keperluan pribadi
3. Lokasi usaha yang tidak tepat
4. Manajemen yang buruk
5. Investasi lebih besar daripada aktiva tetap
6. Manajemen kredit yang buruk
7. Tidak cukup modal
8. Pertumbuhan perusahaan tidak seperti yang diharapkan

Jika anda menemui salah satu kesalahan diatas dalam bisnis anda, ada kemungkinan bisnis anda masih akan dapat bertahan. Tapi jika anda menemui lebih dari 2 atau 3 masalah diatas, anda harus segera bergerak cepat untuk memperbaikinya. Agar usaha anda terhindar dari kebangkrutan.

Untuk menghindari kesalahan pemilihan lokasi usaha (Poin no.3 ), Investasi produk (Poin No. 5 dan 6) serta kurangnya modal ( Poin No.7 ) tidak mengherankan jika saat ini banyak orang beralih ke “Bisnis Online”. Hanya dengan jaringan internet (pilih yang bagus) serta sebuah komputer, anda dapat menjalankan bisnis anda dari manapun. Tanpa perlu dipusingkan oleh fisik stok barang, cukup hanya dengan informasi produk yang detail disertai gambar yang jelas, anda sudah dapat menjalankan bisnis anda.

Untuk mengekang keinginan belanja serta kesalahan poin no.2, 4, 5, 6, dan 8, pergunakan software akuntansi yang sederhana namun dapat memenuhi kebutuhan pembukuan anda. Akan lebih baik lagi, jika anda bisa memperoleh seorang -atau beberapa orang- mentor yang dapat membimbing dan menjadi konsultan bagi perkembangan bisnis tsb.

Selamat Berjuang!!!


Rinny Ermiyanti Yasin
Wednesday, June 23, 2010 0 comments

Jualan? Gampang Koq

Jualan? Gampang Koq!


Karena pengalaman kerjanya melulu di lingkup ruang laboratorium, ketika memutuskan akan membangun usaha secara mandiri, belum – belum suami saya sudah mengultimatum, “ Pokoknya saya tahunya di produksi, pemasaran urusan kamu”.
Weks!

Tapi, apa yang terjadi sekarang, saya bisa leha-leha berbulan-bulan “mendem” di rumah, mengurus bayi. Dan hanya mengunjungi kantor atau customer jika ada masalah UUD (ujung-ujungnya duit).Karena untuk pengendalian urusan yang satu itu saya masih enggan lengser dari jabatan saya. Hehehe

“Berjualan” bukan lagi hal yang menakutkan baginya. Saya sengaja menambahkan tanda petik pada kata jualan. Karena aktifitas “jualan” bukan hanya sekedar memindahkan barang dari gudang kami ke gudang customer. Disitu ada kegiatan perencanaan, promosi, pelayanan, transportasi dan administrasi.

Tapi kali ini saya membatasi tulisan ini pada bidang PROMOSI dulu.

Ketika masih menjadi karyawan, oleh perusahaan saya sering kali di ikutkan seminar mengenai Salesmanship, Marketing Strategy dan berbagai judul seminar yang berhubungan dengan jualan, kadangkala waktunya berhari-hari. (Saya sih senang-senang saja, karena selain punya alasan ngga ‘ngantor, saya bisa ikut program perbaikan gizi. Maklum anak kos). Padahal sering kali materinya itu-itu aja, dan jika topiknya promosi inti nya;

1. Pikat (calon) Customer
2. Kuasai Customer.

Proses jual beli 80% lebih melibatkan perasaan. Mungkin jika secara “teknis” produk anda sesuai dengan kebutuhan calon customer, namun bisa saja proses jual beli tersebut tidak akan terjadi (atau hanya terjadi 1x saja) karena calon customer tersebut “ngga sreg” dengan si-penjual

Anggaplah anda memiliki usaha kue brownies. Skalanya masih kecil-kecilan, masih jualan door to- door.
Ketika mengenalkan produk anda ke calon pembeli, anda harus bisa memikatnya.
Caranya :
1. Pastikan sebelum berjualan anda sudah mandi .Penampilan harus bersih dan segar. Serius loh! Saya pernah ditawari oleh penjual kue , meskipun terlihat dagangannya menggiurkan tapi karena pedagangnya bau saya langsung ilfil. Ngga dua kali deh saya beli kue sama dia.

2. Packing kue harus rapi dan bersih. Ketika anda menyodorkan barang dagangan ke calon pembeli, anda akan lebih pede menjualnya jika packingnya terlihat ok. Pembelipun merasa yakin bahwa anda menganggap produk anda sebuah benda berharga dengan kemasan yang tidak asal-asalan.

3. Bicaralah dengan bahasa yang santun dan jelas. Dan jika saat itu calon pembeli menolak, tetaplah bicara dgn santun. Karena mungkin lain kali ia mau membeli (Mungkin saat itu ia tidak yakin atau tidak butuh dengan produk anda, atau mungkin sedang tidak punya uang lebih lagi..hehehe).

4. Siapkan tester. Bagaimana mungkin anda bisa mengatakan brownies jualan anda maknyus jika ia tidak merasakan seperti apa maknyusnya brownies tsb.

5. Dibeli atau tidak barang dagangan anda, tinggalkan kartu nama atau brosur. Siapa tahu besok atau lusa calon pembeli tersebut tiba-tiba terkenang-kenang kelezatan brownis anda atau mempunyai acara mendadak. Rezeki dari Allah siapa yang bisa menduga’kan?

6. Saat ini banyak sekali media yang menyediakan halaman khusus UKM. Kirim profile usaha anda ke berbagai media. Ceritakan sejarah usaha anda lengkap jatuh bangunnya. Promosi dengan cara seperti ini lebih menarik minat calon customer dibandingkan dengan iklan. Sudah “bawaan lahir” orang mau tahu segala sesuatu tentang orang lainnya.

Lalu ketika anda berhasil memikat Calon Customer sehingga levelnya naik menjadi Customer, maka anda harus berusaha menguasainya.
1. Ingatlah baik-baik nama customer anda. Tidak ada alasan bahwa Bu Rinny tuh mirip ama Bu Ermiyanti, lah wong orangnya sama. Jika anda melewati rumah ataupun bertemu dimana saja sapa customer anda biarpun saat itu ia tidak berminat membeli dagangan anda.

2. Sudah “dari sono”nya orang senang bercerita tentang dirinya. Tanyalah kabar anaknya, atau ibunya. (Jika anda penjual wanita jangan sering-sering tanya kabar suami customer anda. Begitupun sebaliknya. Hehe he untuk customer yang punya sifat cemburuan bisa bahaya.)

3. Jika customer tidak keberatan , anda bisa mencatat data tentang dirinya. Kirimkan ucapan selamat (bisa dalam bentuk SMS) serta berikan special discount jika ia berulang tahun, misalnya.
4. Tanyakan pendapatnya tentang produk anda. Minta masukan dan terima kritik dengan lapang dada. Lakukan perbaikan atau inovasi lainnya (misalnya tambah varian brownies rasa blueberry) dari masukan tersebut. Teruslah berinovasi, Jangan pernah puas.

Wassalam,

Rinny
Thursday, April 29, 2010 0 comments

MENDIRIKAN BISNIS RETAIL

Pada saat anda memutuskan untuk mendirikan bisnis ritel ada 5 (lima) elememen penting yang harus di pahami, 5 elemen tersebut adalah :
Location, Bagaimana Anda memilijh lokasi yang cocok untuk bisnis Anda.
Store Design, Bagaimana Anda men design store agar lebih hidup.
Marketing/Promotion, Bagaimana memilih product, menetapkan harga dan membuat promosi yang tidak ada habisnya.
SOP (Standard Operating Procedure), Bagaimana Anda membuat SOP sederhana akan tetapi efektif di jalankan.
IT (Information Technology), Bagaimana Anda memilih Software terbaik yang cocok untuk bisnis Anda.

Dalam tulisan edisi sebelumnya saya sudah membahas mengenai bagaimana Anda memilih lokasi yang cocok untuk bisnis Anda, Dan kali ini saya akan membahas mengenai Store Design (Desain Toko).
Store Design merupakan strategi penting untuk menciptakan suasana berbelanja yang berbeda, sehingga pelanggan mendapatkan sebuah pengalaman berbelanja yang baru, serta membuat pelanggang merasa betah berada di dalam toko, Masih banyak peritel yang beranggapan bahwa desain toko tidak penting, yang penting kata mereka adalah harga yang murah, saya pernah tanyakan di beberapa kali acara workshop saya kepada para peserta “Anda lebih senang berbelanja di toko yang pentaannya rapi desain tokonya bagus dan harga nya murah atau toko yang acak-acakan tokonya tidak menarik tapi harganya murah”
Jawaban dari semua peserta adalah lebih senang belanja di tempat yang rap,i bersih, tokonya bagus dan harganya murah.
Store Design dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan keinginan pelanggang, yang sudah barang tentu bertujuan untuk kepuasan pelanggan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat membuat desain toko :
· Berbeda – Unik
· Menggunakan tema
· Ada Hiasan gambar atau symbol
· Pajangan yang Menarik
· Warna Gedung/Toko Menarik

Untuk dapat mewujutkan hal-hal tersebut diatas, ada 5 ( lima ) langkah yang dapat dilakukan agar desain toko Anda menarik :

1. Store Front
2. Lay Out
3. Image
4. Trend.
5. Budget.

1. Store Front.
Desain eksternal yang menunjukan ciri khas dari toko anda, baik berupa bentuk atau gaya , struktur maupun warna gedung. Toko kecil seperti minimarket yang saat ini kita jumpai hampir semua sama, sehingga kita sulit membedakan satu sama lain, yang membedakan hanya nama tokonya saja. Bagaimana agar toko anda berbeda? Pertama adalah warna gedung, pilihlah warna yang menyolok dan berbeda dengan competitor di sekitar toko Anda, Kedua Anda bisa buat bentuk tampak bangunan bagian depan yang berbeda, Anda bisa tonjolkan sesuatu yang menurut Anda unik, ketiga Anda bisa pasang papan merk toko (neon Box) anda yang berbeda dengan kebanyakan yang sekarang ada.

2. Lay Out.
Lay Out (Denah) toko yaitu menentukan penempatan meja kasir, rak-rak besi, chiller, frezer, produk dan jalur lalu lintas orang di dalam area toko. Tujuan nya adalah agar memberikan kemudahan kepada konsumen untuk memilih dan memutuskan untuk membeli (Easy Selection & Easy Decision), Memudahkan konsumen masuk dan keluar toko (Easy to get in & Easy to get out), dan kemudahan membayar di kasir (Easy to pay)
Penempatan Meja kasir untuk minimarket sebaiknya di letakan di bagian sisi sebelah kanan dimana konsumen masuk, tempatkan produk-produk yang dicari konsumen di bagian belakang dan produk impulse (produk yang tidak direncanakan pembeliannya oleh konsumen) di bagian depan kasir atau di tempat yang mudah terlihat oleh konsumen.

3. Image.
Image (Gambar atau hiasan toko), untuk menciptakan Store Atmosphere (suasana toko) yang unik, berbeda dan nyaman. Store Atmosfer dapat diperoleh dari : tema desain toko, papan nama, bentuk ruangan, warna cat di dalam toko dan hiasan/tulisan yang ada di dalam toko.
Hal ini dibuat bertujuan untuk memikat dan membuat konsumen nyaman selama berada ditoko. Atmosfer toko ini berperan penting pada saat konsumen memilih barang-barang belanjaan mereka. Anda dapat memasang papan nama seperti Pole Sign di sisi jalan depan toko dan Neon Box menempel di bangunan bagian depan (store front) yang tentunya sudah di sesuaikan dengan tema desain tokonya. Dibagian dalam toko (Store Interior) anda bisa tempatakn beberapa Atribut hiasan seperti Header di atas rak-rak dan gambar-gambar yang menarik di dinding yang kosong, sehingga secara keseluruhan toko Anda nampak menarik karena tidak terlihat dinding kosong (Plain)

4. Trend
Trend yang saya maksudkan disini adalah perkenmbangan toko ritel yang ada di Indonesia, jadi sebelum anda memutuskan untuk mendesain toko anda sebaiknya anda amati desain toko yang sedang trend saat ini di Indonesia. Ada beberapa toko modern yang saat ini sedang trend diantara seperti Alfa mart, Indomaret, Circle K, Seven Eleven, Star mart, Yomart. Coba anda mereka punya ciri khas sendiri, baik dari tampilan toko maupun warna yang di tonjolkan.

5. Budget
Budget (Anggaran Biaya) tentunya disesuaikan dengan kondisi keuangan anda, banyak orang beranggapan bahwa dengan desain yang wah itu memerlukan anggaran yang besar itu menurut saya tidak benar, karena anda dapat mensiasatinya dengan bahan yang murah yang penting desain anda tetap unik dan berbeda dengan competitor. Dan perlu saya ingatkan kembali adalah siapa target market Anda, karena jangan sampai anda membuat desain yang terlalu mewah tapi dilokasi yang penduduknya tidak sesuai dengan target market Anda.

Salam Sukses,

ISWARIN RETAILMAN
Friday, April 23, 2010 0 comments

Bahasa Tubuh = Omzet (1)

Bahasa Tubuh = Omzet


Ketika anda berjalan di lorong-lorong toko di sebuah pusat grosir , yang saat ini menjamur di berbagai kota besar di Indonesia, anda akan di sapa oleh para pramuniaga’
“ Cari apa Kak? Masuk saja dulu. Ada ukurannya koq”
Begitupun, Ketika anda pindah ke lorong lain, sapaan yang di dapat sama saja.
Mungkin dengan sedikit variasi,
“Cari apa Kak? Lihat-lihat saja dulu. Ada barang baru nih.”

Adakah yang salah dengan kalimat sapaan tersebut?
Tidak ada, tentu saja.
Kalimat tersebut berisi pertanyaan akan kebutuhan calon konsumen, undangan untuk masuk ke dalam toko serta menjelaskan bahwa produk yang didisplay hanya contoh produk sehingga masih dimungkinkan untuk mendapatkankan barang sesuai kebutuhan calon konsumen.
Mengenai panggilan “Kakak” yang digeneralisir, meskipun anda mungkin lebih muda, seumuran, atau jauh lebih tua dari si Pramuniaga, masih bisa di maklumi. Mengingat banyak juga para perempuan yang risih di panggil “ Tante” ( kapan aku kawin dengan Oom- mu?), Mbak (emangnya aku orang Jawa? – Maaf, tidak bermaksud SARA) atau Ibu ( ya ampun, setua itukah diriku?? )

Namun, jika anda punya sedikit waktu untuk melipir ke sudut dan memperhatikan tingkah polah para pramuniaga tersebut, anda akan mendapati kata-kata yang di ucapkan sama persis, berulang-ulang, tanpa intonasi, tanpa memandang lawan bicara .
Buat telinga saya , mendengar sapaan mereka seperti mendengar kaset rekaman.

Bayangkan, saat anda melewati lorong-lorong toko sambil mengobrol dengan teman berbelanja anda, akankah anda menoleh kedalam toko si pramuniaga karena tertarik oleh sapaannya tersebut?

Ketika soft – opening “Jasmine’s Corner “ ( sambil numpang promosi nih), karena dikejar deadline beberapa hari lagi akan melahirkan, saya belum sempat memberikan pelatihan Selling Skill kepada Pramuniaga kami.
Namun, saya diam-diam mengamati mereka ketika melayani (calon) pembeli.

Kesimpulan saya adalah BAHASA TUBUH sangat mempengaruhi dalam closing sebuah penjualan.

1. Ucapkan salam / sapaan dengan tegas, ramah , tulus dan langsung menatap mata calon customer anda

2. Mungkin anda terlihat sabar dalam melayani , tapi ketika anda “kepergok” sedang menarik napas panjang di sela berbagai macam pertanyaan Customer, menandakan bahwa anda kewalahan dalam menghadapinya. Dapat menyebabkan customer malas bertanya lebih lanjut mengenai produk anda.

3. Anda terlihat mendengarkan dan memperhatikan pertanyaan/ komplain dari customer, namun saat sedetik anda terlihat menarik sebelah ujung bibir ke atas (biasanya sebelah kiri), menunjukkan anda tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh customer anda.

4. Untuk meyakinkan customer akan isi ucapan anda, beri penekanan intonasi (jangan berlebihan) , anggukan kepala dan kedipkan mata (cukup setengah detik, dan jangan sebelah mata yaa..) pada bagian kalimat yang akan anda tekankan.

5. Bila anda tidak mengizinkan customer melakukan sesuatu, ucapkan dengan ramah, tegas dan dengan alasan yang kuat.
Misalnya, “ Maaf Bu, kaos ini tidak dapat dicoba karena bahannya mudah melar. Mungkin Ibu bisa mencoba baju yang ini. Ukurannya sama koq, Bu “. Akan lebih baik hasilnya, dibanding anda mengizinkan customer mencoba kaus tersebut , namun anda menunjukkan mimik terpaksa dengan bibir terkatup rapat.

6. Jawablah pertanyaan dari Customer dengan segera, jelas , dan yakin. Jawaban yang bernada mengambang akan menyebabkan customer merasa anda tidak menguasai produk atau berbohong.

7 . Jangan mau terpancing dengan “hasutan” customer terhadap barang / harga dari “ toko sebelah”. Counter kalimat hasutan tsb dengan ramah, dan yakinkan bahwa barang yang kita jual adalah barang yang bermutu baik dengan harga yang reasonable

8. Jangan sekali-sekali menjelek-jelekan kompetitor.


Lalu apa hubungan 8 poin diatas dengan Omzet?
Hehehe, coba anda lakukan dulu 8 poin tersebut dalam melayani Customer anda, lalu lihat apa yang terjadi (Mario Teguh Mode)

Sementara, sharing saya kali ini sampai disini dulu. Lain kali dibahas lebih lanjut, InsyaAllah.


Rinny Ermiyanti
Thursday, March 4, 2010 0 comments

Peluang Usaha

Ini adalah tulisan saya , beberapa tahun lalu di sebuah milis , sekarang saya pungut kembali dari blog orang :


PELUANG USAHA

Peluang usaha? Sangat banyak mas,
misalnya jualan teh botol yang dipinggir jalan itu.....
Anda tahu berapa harga grosir teh botol? sekitar 1200-1500/ botol. di Jakarta kita jual 2500/botol

Gerobak anda bisa pinjam dari Teh Sosro/ Coca-cola (cuman memang pakai uang jaminan dan ikatan kontrak tidak boleh jualan produk kompetitor, kalo mau jual produk kompetitor pake penyimpanan lain.. (ehm..apa yah namanya itu loh kotak tempat taruh teh botol + batu es).

Yah, yang jualan jangan anda dong...masa orang kantoran jualan teh botol. Rekrut Anak2 putus sekolah. (Pastikan anda tahu keluarga mereka, jadi mereka gak berani macam-macam, bawa kabur uang hasil dagangan ,misalnya). Beri mereka gaji misalnya 1 juta/bulan

Hitungan kasar modal harian begini, katakanlah dalam 1 hari laku 100 botol
100x1500 x30 hari = 4.500.000
Gaji = 1.000.000
Bayar uang keamanan = 60.000 (biasanya diminta uang jatah preman sekitar 1000-2000/hari) Total modal harian = 5.560.000/ bulan

Jualan = 100x 2500x30 = 7.500.000/ bulan
Untung = 1.940.000/ bulan.....

Yah, jangan jualan 1 gerobak dong....susah cepet kayanya....gimana kalo 10...20...30. .. gerobak?


Salam Semangant


Rinny
 
;